Indonesia Harus Serius Garap Padi Hibrida

By Admin


nusakini.com - Sebagai negara dengan jumlah penduduk hampir 1,4 miliar. China menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan hak-hak dasar warganya terpenuhi. Seperti kebijakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yaitu larangan memiliki anak lebih dari satu walupun kemudian, pada tahun 2015, kebijakan tersebut dicabut, Pemerintah China kini mengijinkan setiap keluarga untuk memiliki dua anak. Hal ini bertujuan mencukupi kebutuhan pangan.

Kisah sukses China dalam memenuhi kebutuhan pangan terutama beras diungkapkan oleh EA. Siddiq, profesor berkebangsaan India, ahli genetika dan pemuliaan tanaman. Salah satu anggota Dewan Penasihat Perdana Menteri India (2004- 2009) ini didaulat sebagai Keynote Speaker pada International Hybrid Rice symposium 2018, 27 Februari 2018 di Hotel Alana Yogyakarta.

Menurutnya, China berhasil dalam mengembangkan padi hibrida dikarenakan komitmen dan dukungan anggaran yang kuat untuk penelitian dan pengembangan padi hibrida, pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur. Disamping itu Pemerintah China juga memiliki kebijakan yang tegas mengenai strategi pemuliaan dan metodologi produksi.

Menanggapi hal itu, Tenaga Ahli menteri Pertanian Baran Wirawan yang juga pengajar teknologi benih di Institut Pertanian Bogor, disela-sela simposium mengatakan, “Saya sependapat dengan Prof Siddqi bahwa riset yang kuat dan penelitian yang berkesinambungan adalah kunci keberhasilan. Sejak tahun 2011, Kementan sebetulnya sudah melepas varietas padi hibrida seperti Maro, Rokan, Hipa dan yang lainnya tapi harus diakui memang perkembangan padi hibrida di Indonesia bisa dikatakan tidak begitu menggembirakan jika melihat Negara-negara seperti China, Vietnam dan India. China mampu menghasilkan padi 8,5 – 10,5 ton per, hektar. Sedangkan Indonesia, rata-rata masih di kisaran 5,14 – 5,9 ton per hektar. Inilah tantangan dan kesempatan kita untuk melakukan riset yang sunguh-sungguh".

Setelah memberikan ucapan selamat datang kepada para peserta yang berasal dari berbagai Negara (Asia dan Eropa), Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X memukul gong, tanda dimulai secara resmi simposium internasional padi hibrida yang ke-7. Tampak hadir beberapa Anggota Dewan IRRI, Kepala Badan Litabang Kementan M. Syakir serta jajarannya. (pr/eg)