Indonesia Galang Dukungan Peduli HIV-AIDS di Negara-negara ASEAN

By Admin

nusakini.com--Pemerintah Indonesia mendorong negara-negara anggota ASEAN agar melibatkan perusahaan-perusahaan di negaranya untuk mendukung upaya penanggulangan HIV-AIDS di lingkungan kerja demi menciptakan iklim usaha yang kondusif dan produktif. 

"Program ini penting untuk dilaksanakan karena masalah HIV-AIDS juga sangat berpengaruh terhadap perlindungan pekerja, kualitas SDM, produktivitas, dan kelangsungan usaha di negara anggota ASEAN," Plt. Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Binwasnaker dan K3), Maruli Apul Hasoloan, dalam sambutannya pada acara Pertemuan ASEAN-BCA Ke-2, di Royal Hotel, Bogor, Rabu (14/9). 

Maruli mengatakan, untuk mencegah dan menangani persoalan HIV-AIDS di tempat kerja, negara-negara ASEAN telah membentuk koalisi bisnis nasional ASEAN Business Coalition on AIDS (ASEAN-BCA). 

"Beberapa negara ASEAN telah membentuk National Business Coalition on AIDS seperti Indonesia, Thailand, Kamboja, Philipina, dan Malaysia. Melalui pertemuan ini diharapkan kedepannya semua negara ASEAN membentuk dan meningkatkan peran Nasional Business Coalition on AIDS di masing-masing negaranya," kata Hanif. 

Maruli mengungkapkan, ASEAN-BCA merupakan asosiasi bisnis yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN yang memilki kepedulian dan komitmen tinggi untuk melaksanakan program penanganan HIV-AIDS di tempat kerja. ASEAN-BCA dibentuk pada tahun 2013 dengan tujuan utama untuk meningkatkan keterlibatan serta peran lebih besar dari pelaku bisnis di negara anggota ASEAN dalam pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja, dan mendorong agar program tersebut dimasukkan ke dalam salah satu agenda bisnis. 

Para pelaku bisnis yang membentuk National-BCA di masing-masing negara anggota ASEAN dan bergabung dalam ASEAN-BCA mendapatkan manfaat antara lain, meningkatkan networking di antara pelaku bisnis di negara ASEAN baik dalam hal program penanggulangan HIV-AIDS maupun dalam urusan bisnis lainnya, meningkatkan image perusahaan di tingkat regional maupun global, dan memberikan kontribusi nyata dalam upaya menekan laju peningkatan kasus di kawasan ASEAN dan dunia pada umumnya sebagai bagian dari tanggungjawab sosial dunia usaha kepada masyarakat. 

"Tahun 2014 lalu telah dilakukan pertemuan ASEAN-BCA yang pertama di Hotel Amarosa, Bekasi, Indonesia. Sebagai sekretariat ASEAN-BCA, IBCA didukung oleh beberapa pihak seperti Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Binwasnaker dan K3) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), APINDO dan ILO Jakarta," kata Maruli. 

Maruli mengatakan, pertemuan ke-2 ASEAN-BCA ini diikuti dengan agenda pemberian penghargaan program program HIV-AIDS di tempat kerja di tingkat ASEAN untuk pertama kali atau The 1st ASEAN Red Ribbon for out Standing Workplace (ARROW) Award. Acara The 2nd Meeteng of ASEAN-BCA merupakan forum pertemuan dunia bisnis negara-negara ASEAN sebagai ajang sharing pengalaman, diskusi, merumuskan solusi dan membuat aksi bersama untuk meningkatkan program pencegahan dan penanganan HIV-AIDS di tempat kerja dikawasan ASEAN.  

Maruli menambahkan, kegiatan ARROW Award telah dirilis sesudah Terms of Reference (TOR) of the ARROW Award diadopsi pada forum The 24th ASEAN Labour Ministers Meeteng (ALMM), bulan Mei 2016 di Vientiane, Lao PDR, yang sekaligus juga telah mengadopsi pedoman ASEAN dalam penanganan HIV-AIDS di tempat kerja, atau The ASEAN Guidelines on Essential Workplace Action for Enterprises on Prevebtion and Management of HIV and AIDS. 

"ARROW Award merupakan bentuk apresiasi yang diberikan kepada perusahaan yang dinilai merupakan perusahaan terbaik di masing-masing negara ASEAN dalam melaksanakan program penanganan HIV-AIDS di tempat kerja. Penghargaan yang untuk pertama kalai di selenggarakan ini akan diserahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan bersama Sekjen ASEAN pada tanggal 14 September 2016 di Hotel Royal, Bogor, Indonesia, sekaligus mengawali pertemuan The 2nd Meeteng of ASEAN-BCA," kata Hanif. 

Menurutnya, perusahaan yang layak menerima ARROW adalah perusahaan yang telah memiliki komitmen, kebijakan, program dan aksi pengendalian HIV-AIDS di tempat kerja untuk melindungi pekerja dari HIV-AIDS dan tidak melakukan diskriminasi terhadap pekerja yang mengalami HIV-AIDS, serta berkontribusi terhadap masyarakat di luar perusahaan sebagai salah satu bentuk program Corporate Social Responbility (CSR) perusahaan. 

Selain itu, perusahaan penerima ARROW Award diharapkan dapat menjadi contoh dan dapat memotivasi perusahaan lain untuk melaksanakan program serupa sehingga makin banyak dunia bisnis yang berperan dalam menanggulangi HIV-AIDS secara nasional dan global. (p/ab)