Indonesia di ASEAN Film Festival 2017 Kinepolis Jaarbeurs, Den Haag

By Admin

nusakini.com--Zulfani Pasha adalah pemeran tokoh Ikal dalam film Laskar Pelangi. Mara Lopez adalah aktris Filipina yang lahir di California, Amerika Serikat, yang memerankan K'na dalam film K'na The Dreamweaver.

Keduanya berdiri berdampingan di atas podium ruang resepsi gedung bioskop Kinepolis di Utrecht, Belanda. Mereka memperkenalkan diri kepada para undangan yang hadir dalam acara Gala Opening Night ASEAN Film Festival 2017, sekaligus memeriahkan penyelenggaraan festival film yang berlangsung selama tiga hari, mulai 8 hingga 10 Desember 2017. 

ASEAN Film Festival 2017 (AFF 2017) diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, bekerjasama dengan kedutaaan besar negara-negara ASEAN yang ada di Belanda, yakni Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Acara ini digelar dalam rangka perayaan ulang tahun ASEAN -- Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara-- ke-50, dan diprakarsai oleh Indonesia, yang tahun ini menjadi ketua ASEAN Committee in The Hague. 

Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, membuka secara resmi penyelenggaraan AFF 2017 pada acara Gala Opening Night. Dalam sambutannya, Dubes Wesaka Puja mengucapkan terima kasih atas kehadiran sekitar 100 tamu undangan, yang terdiri atas dubes negara-negara ASEAN, tamu-tamu dari kalangan diplomatik, pejabat pemerintah Belanda, mitra kerja KBRI dan kedutaan negara-negara ASEAN, kalangan industri serta pers Belanda. 

“Atas nama ASEAN Committee in The Hague, saya mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kedatangan Anda semua," kata Dubes Wesaka Puja. “

Film merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan melalui hiburan. Film biasanya menggambarkan nilai-nilai penting bagi masyarakat/komunitas yang digambarkannya. Lewat film-film ini, diharapkan masyarakat di Belanda akan lebih mengerti nilai-nilai dan budaya di berbagai negara ASEAN," ia menambahkan. Dubes Wesaka Puja berharap, dengan penyelenggaraan AFF 2017 ini nantinya akan lebih banyak film-film ASEAN diputar di Eropa, terutama di Belanda. 

AFF 2017 di Kinepolis Utrecht menjadi panggung bagi 10 film dari kelima negara ASEAN, yang perwakilannya ada di Belanda. Indonesia mempersembahkan dua film produksi Miles Films, yakni Laskar Pelangi/ The Rainbow Troops (2008) yang disutradarai oleh Riri Riza dan Pendekar Tongkat Emas/ The Golden Cane Warrior (2014) yang disutradarai oleh Ifa Ifansyah. 

Sementara itu, Filipina menampilkan dua film unggulannya, K'na the Dreamweaver (2014) dan Across the Crescent Moon (2017), Malaysia menampilkan film Cun! (2011) dan Kanang Anak Langkau/ The Iban Warrior (2017), Thailand dengan film Khid Thueng Withaya/ The Teacher's Diary (2014) dan Dao khanong/ By the Time It Gets Dark (2016), serta Vietnam dengan film Tam Cam: Chuyen Chua Ke/ Tam Cam: The Untold Story (2016) dan Tôi thay hoa vàng trên co xanh/ Yellow Flowers on the Green Grass (2015). 

Indonesia memilih film Laskar Pelangi dan Pendekar Tongkat Emas untuk diputar pada AFF 2017, selain untuk memperkenalkan gambaran masyarakat dan budaya Indonesia, juga sekaligus untuk mempromosikan pariwisata Bangka Belitung yang menjadi lokasi film Laskar Pelangi serta kawasan Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi lokasi film Pendekar Tongkat Emas.  

Di Indonesia, meningkatnya jumlah wisatawan ke Bangka Belitung, pasca diputarnya film Laskar Pelangi, memang sudah terbukti. Diharapkan, dengan pemutaran film ini di Eropa, jumlah wisatawan dari kawasan ini akan meningkat. Demikian pula dengan film yang mengangkat tema persilatan, Pendekar Tongkat Emas, yang diharapkan dapat menyedot lebih banyak wisatawan Eropa ke Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Antusias penonton pada hari pertama penyelenggaraan AFF 2017 tampak dari jumlah pengunjung, yang memenuhi ruang pemutaran film Laskar Pelangi dan K'na The Dreamweaver. Mereka menyambut baik penyelenggaraan AFF, yang baru pertama kali digelar di Belanda dan berharap akan ada lanjutannya untuk tahun-tahun mendatang. 

“Saya menunggu festival seperti ini tahun depan," kata Irshyad, pemuda Maroko yang sedang berkuliah di Rotterdam Business School. “Semoga tahun depan lebih banyak ditampilkan film-film terbaik ASEAN," ia menambahkan. Irshyad sangat terkesan menyaksikan film Laskar Pelangi malam itu. “Filmnya sangat bagus. Tokoh guru dalam film ini menunjukkan kegigihan dan sikap pantang menyerah. Lewat penyelenggaraan festival ini, saya mendapatkan pengetahuan yang lebih baik mengenai budaya ASEAN, khususnya Indonesia." 

Sementara itu, Grace, seorang wanita Filipina yang tinggal di Utrecht mengatakan sangat terkesan dengan penyelenggaraan AFF 2017 dan juga film Laskar Pelangi yang ditontonnya malam itu. “Melalui film ini, saya bisa melihat apa yang terjadi di Indonesia, melihat muslim di Indonesia," katanya. Grace berharap tahun depan ada lagi acara seperti ini dan berharap lebih banyak lagi orang Belanda yang menyaksikan film-film bagus dari ASEAN.(p/ab)