Indonesia dan Nauru Jajaki Peningkatan Konektivitas Laut di Pasifik

By Abdi Satria


nusakini.com-Yaren-Dalam menanggapi ucapan Presiden Nauru, Baron Waqa, atas mahalnya biaya pengapalan dari Australia ke Nauru yang mencapai 9000 AUD per kontener, Duta Besar RI Benyamin Carnadi menawarkan kerja sama mengatasi konektifitas laut di kawasan negara kepulauan Pasifik. 

Lebih lanjut Duta Besar Benyamin menyatakan bahwa mahalnya biaya pengapalan ini berimbas kepada harga produk Indonesia yang banyak diimpor oleh negara-negara kepulauan Pasifik seperti Nauru, menjadi mahal dan kalah bersaing dengan produk serupa yang masuk dari negara lain, seperti Tiongkok. 

Untuk itu, Duta Besar RI akan menjajaki perusahaan ekspedisi Indonesia yang bersedia membuka jalur pelayaran ke kawasan Pasifik utamanya dari wilayah Timur Indonesia. Upaya ini akan saling menguntungkan karena akan menghidupkan interaksi ekonomi antara provinsi-provinsi di wilayah Timur Indonesia dengan negara-negara kepulauan di Pasifik Selatan sehingga akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Timur Indonesia. 

Hal ini disampaikan dalam perbincangan dengan Benyamin Carnadi yang baru saja menyerahkan surat-surat kepercayaannya selaku Duta Besar RI kepada Presiden Republik Nauru, Baron Divavesi Waqa.​​ 

Nauru merupakan salah satu negara terkecil di dunia dibawah akreditasi KBRI Suva di Fiji. Wilayah Nauru terdiri dari satu pulau karang atoll seluas 21 km2 dengan penduduk kurang lebih 11.000 jiwa. Nauru, negara kepulauan yang terletak di Timur Indonesia ini pernah tajam dalam menyoroti isu penegakan HAM di Papua, namun setelah Presiden Waqa beberapa kali berkunjung ke Indonesia, pemerintahannya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Indonesia dari berbagai aspek, dan sekarang menjadi sahabat RI di Pasifik. (p/ab)