nusakini.com-Jakarta-Tradisi peringatan Malam Nuzulul Quran yang dilaksanakan setiap 17 Ramadan di Istana Negara telah dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Peringatan Malam Nuzulul Quran 1440H/2019M di Istana Negara, Selasa (21/05) malam. 

“Peringatan Nuzulul Quran yang digelar di Istana Negara ini merupakan tradisi yang diwariskan Presiden Soekarno atas nasehat para ulama. Jadi selain memperingati kenabian Rasulullah, helat ini juga mengenang para tokoh bangsa yang telah mewariskan tradisi ini dalam merajut persatuan bangsa,” kata Presiden Jokowi. 

Hadir dalam gelaran Malam Nuzulul Quran Wakil Presiden Jusuf Kalla, beberapa menteri Kabinet Kerja di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pimpinan Lembaga Tinggi, serta para Duta Besar dari negara sahabat.  

Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan peringatan Nuzulul Quran juga menjadi momen untuk meneladani kenabian Rasulullah SAW yang telah berhasi membangun tatanan sosial dan menyatukan suku bangsa yang berbeda-beda. 

Melalui peringatan Nuzulul Quran lanjut Jokowi banyak inspirasi yang bisa dipetik dalam meneguhkan semangat persatuan bangsa serta menahan ego kelompok dan golongan. 

“Melalui Nuzulul Quran kita ingin meneguhkan komitmen sebagai manusia untuk menciptakan kebaikan, tidak membuat kerusakan, serta membangun tatanan sosial yang rukun, damai, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tutur Jokowi. 

“Kita harus terus menerus mencari inspirasi dan meneguhkan langkah untuk memperkokoh persatuan, persaidaraan, dan kerukunan,” tandas Jokowi. 

Rangkaian Nuzululul Quran 1440H dimulai sekitar pukul 20.00 WIB yang diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta pembacaan ayat suci Al-Quran. Acara dilanjutkan dengan kehadiran Muhammad Zainul Majdi yang memberikan tausiyah hikmah Nuzulul Quran, dengan tema Kebersamaan dan Keberagaman Perspektif Al-Quran. 

Putra jati Pulau Mataram ini mengatakan keberagaman dalam hidup merupakan fakta sekaligus skenario AllahSWT. Menurut pria yang biasa disapa Tuan Guru Bajang ini, kehadiran Al-Quran dan Rasulullah telah mengubah umat dari yang memiliki sifat kesukuan atau primodalisme menuju Ketuhanan. 

"Ketika menyebut kata umat yang tergambar dalam pikiran kita adalah nilai kemanusian dan Ketuhanan. Dari kesukaan kepada umat, dari cara pandang tertutup menuju keterbukaan,” ujarnya. 

"Alhamdulillah kalau membayangkan masyarakat Indonesia dan kita proyeksikan keumatannya adalah salah satu umat yang sesuai konsep Rasulullah dan Al-Quran," tutur TGB. 

Rangkaian Nuzulul Quran di Istana Negara ditutup dengan doa bersama yang dipandu Hamdan Zulfa.(p/ab)