IAIN Surakarta & UNS Solo Gelar Diskusi Publik tentang Pancasila

By Admin

nusakini.com--Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Pancasila (PSP) UNS Solo mengadakan diskusi publik berjudul Pancasila Semesta Santun, di Surakarta, Kamis (06/09). Penyelenggaraan diskusi publik yang didukung Wahid Foundation ini bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat Pancasila sebagai ideologi bangsa, yang akhir-akhir ini semakin menurun dan melemah.  

Hal ini disampaikan Wakil Rektor 2 IAIN Surakarta Munadi saat memberikan sambutan jelang diskusi publik. "Kegiatan ini sangat penting untuk menanamkan kembali semangat ideologi Pancasila bagi kalangan muda milenial ditengah gempuran  budaya dan ideologi dari luar," sambung Munadi, Kamis (06/09).  

Diskusi Publik Pancasila Semesta Santun menghadirkan narasumber Ketua Pusat Studi Pancasila UNS Hermanu, Ketua Perkumpulan Masyarakat Solo (PMS) Sumartono Hadinoto, serta Dosen IAIN Surakarta Ahmad Hafidh. 

Dalam kesempatan itu, Hermanu, yang juga seorang profesor paska sejarah banyak menjelaskan tentang aspek sejarah Pancasila. "Pancasila merupakan hasil dari proses panjang refleksi para founding fathers dalam menyusun ideologi bangsa," kata Hermanu.  

Ideologi ini menurut Hermanu disarikan dari karakter dasar masyarakat Indonesia. "Salah satunya adalah tepo seliro, saling menghargai satu dengan yang lain," jelas Hermanu.  

Senada dengan Hermanu, Ahmad Hafidh pun mengungkapkan bahwa Pancasila merupakan hasil dari kesantunan para founding fathers. Pada awalnya menurut Hafidh, masing-masing dari founding fathers memiliki usulan tentang konten dasar negara dan ideologi bangsa. "Namun, dengan semangat kebersamaan dan saling menghargai, mereka menyatukan visi yang kemudian melahirkan Pancasila sebagai ideologi bangsa," kata Hafidh.  

Dalam forum diskusi publik ini, Hafidh mengungkapkan fakta yang menurutnya mengejutkan. Yakni tentang menurunnya angka prosentase pendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa.  

"Selama 13 tahun terakhir, pendukung Pancasila menurun mencapai 10%. Yakni 85,2 % pada tahun 2005 menjadi hanya 75,3% pada tahun 2018," kata Hafidh, merujuk pada survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang diadakan pada tahun 2018.  

Menurut Hafidh, jika kondisi ini tidak ditangani secara serius, kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila akan semakin menurun. "Bisa sampai 50% ke bawah," kata dosen IAIN Surakarta ini.  

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Hafidh menuturkan bahwa perlu ada tindakan masif dan terstruktur. "Diantaranya membangun kepercayaan masyarakat dalam hal penguatan ekonomi, mengkounter ideologi-ideologi dari luar seperti paham transnasional, serta melakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat tentang pentingnya Pancasila," kata Hafidh menambahkan.  

Pentingnya menerapkan nilai Pancasila pun disampaikan oleh Ketua Perkumpulan Masyarakat Solo, Sumartono. Menurutnya, selama bergelut dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dirinya kerap belajar tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.  

"Dalam organisasi, kita belajar tentang semangat saling tolong-menolong tidak dibatasi oleh sekat-sekat suku, agama, atau etnis tertentu. Jika ada orang yang membutuhkan pertolongan maka sudah seharusnya masyarakat memberikan pertolongan tanpa pandang bulu. Sikap gotong royong ini merupakan semangat dari Pancasila yang melahirkan sikap empati terhadap sesama," tutur Sumartono yang aktif juga di Palang Merah Indonesia (PMI).  

Sementara itu, Sumartono banyak mengungkapkan pengalaman pribadinya selama mengikuti berbagai organisasi yang bergelut dalam bidang kegiatan sosial kemasyarakatan, salah satunya adalah PMI (Palang Merah Indonesia). Dalam organisasi ini, menurutnya, semangat saling tolong-menolong tidak dibatasi oleh sekat-sekat suku, agama, atau etnis tertentu. Jika ada orang yang membutuhkan pertolongan maka sudah seharusnya masyarakat memberikan pertolongan tanpa pandang bulu. Sikap gotong royong ini merupakan semangat dari Pancasila yang melahirkan sikap empati terhadap sesama. (p/ab)