nusakini.com-Jakarta- Kementerian Agama hari ini, Selasa (18/06), menggelar seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) tahun 2019 untuk pilihan studi di perguruan tinggi dalam negeri. 

“Seleksi PBSB tahun ini diikuti 4.160 santri. Seleksi secara serentak dilaksanakan di 34 propinsi,” jelas Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ahmad Zayadi di Jakarta. 

Ada 170 kuota PBSB 2019. Jumlah itu tersebar di 18 perguruan tinggi mitra, yakni: UIN Jakarta (dengan kuota penerimaan sebanyak 9 santri), UIN Bandung (10 santri), UIN Yogyakarta (20 santri), UIN Semarang (10 santri), UIN Malang (11 santri), UIN Surabaya (20 santri), UIN Makassar (14 santri), IPB Bogor (15 santri), ITS Surabaya (8 santri), UGM Yogyakarta (7 santri), Uncen Jayapura (8 santri), UPI Bandung (8 santri), UAI Jakarta (5 santri), UNDIP Semarang (5 santri), Ma’had Aly As’adiyah Sengkang (5 santri), Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang (5 santri), Ma’had Aly Kebon Jambu Cirebon (5 santri), dan Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo (5 santri). 

Menurut Zayadi, tes PBSB menggunakan Computer Based Test (CBT). Ada lima sessi tes, yaitu: tes potensi akademik, tes bahasa dan kepesantrenan, tes kemampuan bidang studi, tes tahfizh Alquran khusus bagi yang mendaftar di UIN Malang, serta tes membaca kitab kuning dan hafalan 100 bait nazhom alfiyah.  

“Tes baca kitab dan hafalan Alfiyah khusus bagi santri yang mendaftar pada Ma’had Aly. Tes ini akan digelar pada tanggal 19 Juni 2019,” tutur Zayadi. 

Berdasarkan data Direktorat PD Pontren, lanjut Zayadi, santri yang mendaftar pada Ma’had Aly hanya berasal dari 16 provinsi. Ke-16 propinsi tersebut adalah, 1) Aceh, 2) Sumatera Utara, 3) Sumatera Barat, 4) Riau, 5) Jambi, 6) Sumatera Selatan, 7) Lampung, 8) DKI Jakarta, 9) Jawa Barat, 10) Jawa Tengah, 11) Jawa Timur, 12) Banten, 13) Bali, 14) Nusa Tenggara Barat, 15) Sulawesi Selatan, dan 16) Sulawesi Tenggara.  

“Hasil seleksi akan diumumkan secara online pada Juli mendatang. Santri yang dinyatakan lulus harus segera melengkapi pemberkasan pada Kanwil Kemenag Provinsi masing-masing untuk melakukan legalisir dan pelengkapan administrasi lainnya,” ujar Zayadi.  

“Mereka selanjutnya akan mengikuti matrikulasi sesuai jadwal yang ditetapkan perguruan tinggi mitra,” lanjutnya. 

PBSB dan Perluasan Akses 

Ahmad Zayadi menambahkan, PBSB menjadi bagian dari afirmasi Kemenag dalam memperluas akses santri untuk mendapatkan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi terbaik. Kebijakan ini didasarkan pada fakta posisi strategis pesantren dalam ikut mencerdaskan dan menjaga kedamaian kehidupan bangsa.

"Peran besar pesantren berkontribusi dalam peningkatan akses partisipasi pendidikan masyarakat telah diakui semua pihak. Namun hal ini perlu ditindaklanjuti dengan usaha untuk meningkatkan mutu dan kapasitas kelembagaaan pendidikan, bahkan terhadap komunitas pesantren, khususnya santri,” terangnya. 

PBSB sudah berjalan selama 14 tahun sejak 2005. Total sudah ada 4.736 santri yang mendapat kesempatan kuliah melalui PBSB. Dari jumlah itu, 3.673 santri sudah menyelesaikan kuliahnya, dan masih ada 1.063 santri yang sedang berproses di sejumlah perguruan tinggi. 

“Alumni PBSB banyak berkiprah di banyak bidang. Selain di pesantren, tidak sedikit dari mereka yang kini berkarir di pemerintahan, kedutaan besar, dosen, dan banyak juga yg menempuh pendidikan jenjang magister dan doktoral baik di dalam maupun luar negeri,” tutur Zayadi. 

Ke depan, Zayadi berharap, alumni PBSB menjadi generasi tangguh, berakhlak mulia, damai, toleran dan mampu berkomunikasi dengan siapapun dengan cara-cara yang makruf. Mereka juga bisa menjadi tonggak keberlanjutan pesantren di provinsi masing-masing.  

Menurut Zayadi, sebagai santri generasi milenial, mereka kelak akan mengembangkan potensi pesantren dengan bekal pemahaman dan penguasaan ilmu agama (tafaqquh fiddin) serta penentuan maslahat kemanusiaan (tafaqquh fii mashalihil kholqi) di masa depan. "Alumni PBSB diharapkan lebih responsif dan mampu mentransformasikan keberagamaan dan kemanusiaannya sebagai bentuk solusi terhadap persoalan-persoalan dalam konteks kekinian," pesan Zayadi. (p/ab)