Falsafah "Ngopi" Mendagri

By Admin

nusakini.com--Sebagai orang Jawa, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo kerap melontarkan falsafah Jawa. Biasanya, falsafah Jawa itu kerap ia ungkapkan lewat pesan yang dikirimkan via WhatsApp (WA). Kebetulan pula, ia jadi anggota dari grup diskusi wartawan yang biasa meliput di Kementerian Dalam Negeri. Seperti hari Minggu, 10 Desember 2017, kembali Menteri Tjahjo mengirimkan pesan ' falsafah jawanya'. Kali ini falsafah Jawa yang dikirimkan tentang 'falsafah ngopi'.  

"Kuat dilakoni, enggak kuat ditinggal ngopi. Soale menungso kuwi sejatine mung kurang siji yoiku: Ngopi," kata Tjahjo dalam pesannya yang dikirimkan via grup WA wartawan Kemendagri.  

Lalu Tjahjo menerangkan apa yang dimaksud Ngopi dengan bahasa Jawa. Kata dia, Ngopi iku tegese ngolah pikiran, mulo kopi iku rasane pait. Nanging sak pait-paite kopi, isih iso digawe legi. Sementara lega maksudnya kata Tjahjo, legowo ning ati atau berlapang dada hatinya. Carane kudu ditambahi gulo. 

"Gulo, gulangane roso atau mengelola perasaan baik, sing asale soko tebu," katanya. 

Tebu sendiri kata dia punya makna anteb ning kalbu. Atau dalam bahasa Indonesianya, mantab hatinya. Lalu banjur diwadahi cangkir.  

"Cangkir maknanya nyancangne pikir atau menguatkan Pikiran, trus disiram wedang," ujarnya. 

Wedang lanjut Menteri Tjahjo tak lain dari kepanjangan wejangan sing marahi padang. Atau dalam bahasa Indonesianya, nasehat yang menentramkan hati. Kata dia, ojo lali di-udheg. 

"Udheg itu usahane ojo nganti mandeg atau usaha jangan sampai berhenti, anggone ngudheg nganggo sendok," katanya.  

Menteri Tjahjo melanjutkan arti satu demi satu kata falsafah Jawa yang dikirimkannya. Kata dia, sendok itu sendhekno marang sing nduwe kautaman. Atau pasrahkan pada Yang Maha Kuasa, dienteni sithik ben rodo adem. Sedangkan adem tak lain adalah ati digowo lerem atau hati jadi tenang. Njut bar kui lagi di seruput.

"Seruput itu sedoyo rubedo bakal luput atau semua godaan akan terhindar. Itulah falsafah "ngopi". Sumonggo ngopi," kata Tjahjo mengakhiri tuturan falsafah ngopinya. Falsafah yang sarat makna. Penuh pesan kehidupan.(p/ab)