Era Konvergensi Media, Pekerja Media Perlu Lebih Kreatif dan Solutif

By Admin

Foto/kominfo.go.id  

nusakini.com - Era konvergensi media yang berlangsung saat ini memungkinkan profesional media massa menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan tak hanya dalam satu platform media, oleh karena itu pekerja media perlu lebih kreatif dalam menyediakan konten kepada khalayaknya.

“Profesional media dapat menggunakan berbagai macam media untuk penyampaian berita. Dan yang penting membuka peluang konsumen memilih tingkat interaktivitas memilih kontennya,” kata Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Gun Gun Siswadi dalam Diskusi Ahli di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/6/2017).

Hal yang menarik dalam era konvergensi, menurut Gun Gun Siswadi, memungkinkan konsumen berinteraksi dan mengisi konten media massa. “Audiens sekarang dapat mengontrol kapan, di mana dan bagaimana mereka mengakses dan berhubungan dengan informasi,” jelas Gun Gun.

Selaras dengan penyebaran informasi, Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Teknologi Herry Abdul Aziz mengingatkan agar penyebaran informasi tetap dilakukan secara faktual dan solutif. “Penyebaran pesan yang berisi data yang sesuai dengan kenyataan, sehingga menimbulkan penjelasan yang benar serta menumbuhkan pengertian yang sama mengenai pesan yang disebarkan,” katanya.

Lebih lanjut, Herry Abdul Aziz berharap agar setiap pesan disampaikan tak hanya menimbulkan minat dan perhatian tapi dapat membantu khalayak untuk melakukan sesuatu. “Pesan yang disampaikan atau disebarkan hendaknya menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah,” harapnya.

Media Baru vs Media Mainstream

Dalam diskusi ahli bertema  “Konvergensi Media di Era Digital Tantangan dan Peluang” itu, hadir pula akademisi komunikasi dan profesional media massa. Menurut  akademisi komunikasi Universitas Padjajaran Bandung, Dadang Rahmat Hidayat, dalam era konvergensi media baru lebih berpeluang menjadi media terawal mendapatkan dan menyebarkan informasi.

“Fasilitas interaktifnya memberikan penawaran pencarian informasi yang diinginkan melalui query dan bolean dengan kata kunci (keywords) tertentu. Ini kelebihan media baru dibandingkan media konvensional atau mainstream,” katamya.

Meskipun demikian, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat Rahim Asyik, menyebut kata mainstream tidak perlu diperbandingkan dengan media baru. “Kata mainstream sebetulnya netral-netral saja. Bahkan cenderung positif tatkala digunakan untuk mengangkat isu-isu yang tadinya berada di pinggiran, digeser ke tengah agar jadi pembicaraan khalayak, termasuk perhatian pemerintah,” tegasnya seraya menyontohkan mainstream tentang gender yang didorong menjadi isu bersama.

Rahim Asyik menyoroti konotasi negatif ketika frasa ”media mainstream” digunakan menyebut koran. “Kata ”mainstream” dalam ”media mainstream” seolah-olah berarti konservatif, jadul atau kolot, dan terlalu biasa. Terutama ketika diperhadapkan dengan bahasa anak-anak generasi milenial yang suka sekali mengaku atau mendapat predikat ”anti-mainstream”,” tegasnya.

Meskipun demikan, dalam era konvergensi digital, Rahim Asyik mengakui era konvergensi dan era digital harus disikapi dengan bijak karena perilaku konsumennya. “Dalam konteks pemasaran istilah ”media mainstream” hampir mirip vonis mati. Siapa yang mau membeli koran yang terlalu biasa dan jadul? Tidak ada keren-kerennya sama sekali. Rasanya masih mending disebut media cetak untuk membedakannya dengan media digital,” katanya.

Peluang bagi Pelaku Industri Kreatif

Era konvergensi media terbentuk dari tiga elemen sarana komunikasi, jaringan komunikasi (communications networks), komputer atau teknologi informasi (computing/information technology), dan media dan konten informasi digital (digitized media and information content). Kondisi itu dalam pandangan Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa merupakan peluang besar bagi pelaku industri kreatif dan media.

“Perusahaan media, telekomunikasi, dan teknologi telah menyatu dan membentuk aliansi strategis. Mengembangkan model bisnis baru yang dapat meraih keuntungan dari konsumen konten media on-demand,” katanya.

Peluang yang sama, menurut  Gun Gun Siswadi juga bisa didapat oleh pengembang konten kreatif. “Konten kreatif bisa dikonversikan dalam bentuk  digital standar-industri penyiaran. Beragam bentuk konten audiovisual bisa disampaikan melalui jejaring pita lebar (broadband), nirkabel (wireless), dan dibagi melalui komputer dan piranti mobile,“ tambahnya. (p/mr)