Ekspor Nanas Makin Merambah Dunia

By Admin


nusakini.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melepas ekspor nanas dan pisang ke Cina dan Spanyol. Kedua komoditas tersebut berasal dari Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Jumat, 9 Agustus 2019.

Khusus nanas, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor nanas pada tahun 2018 mencapai 228.537 ton atau naik 8,80 persen dibandingkan tahun 2017, yang hanya sebesar 210.046 ton. Sedangkan pada tahun 2019, pemerintah menargetkan ekspor sebesar 30 persen.

Selain itu, nanas menempati urutan ketiga produksi buah-buahan dalam negeri, setelah pisang dan mangga. Data menunjukkan tren produksi buah ini cenderung fluktuatif. Tahun 2017, produksi buah nanas mencapai 1,8 juta ton, dengan konsumsi domestik sebesar 117.000 ton. Nilai ekspor nanas pada tahun tersebut mencapai 1,7 juta ton, atau setara dengan US$ 5,8 juta. 

"Hingga kini ada 65 negara tujuan ekspor nanas, di antaranya adalah Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Brunei, Vietnam, India, Pakistan, Srilangka, Iran, Timur Tengah, Eropa, Amerika serta Australia. Tercatat pada 2018 ekspor nanas sebesar Rp2.77 triliun. Pada Januari dan Februari 2019, ekspor buah ini mencapai 32.053 ton," jelas Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, yang pada kesempatan ini melakukan pelepasan ekspor.

Jamil menambahkan Kementan melakukan akselerasi ekspor melalui kegiatan AGRO GEMILANG ("Ayo Gerakkan Ekspor Pertanian Generasi Milenial Bangsa"). "Dukungan yang diberikan dalam bentuk pendampingan dan bimbingan teknis kepada petani dan calon eksportir, khususnya para pemuda milenial, agar dapat ikut terjun meningkatkan ekspor komoditas pertanian sesuai persyaratan negara tujuan," tegasnya.

Pada kesempatan ini, Direktur External Affairs and Government Relations dari PT. Great Giant Pineapple (GGP), Welly Soegiono, menambahkan dengan telah dilakukannya ekspor nanas ke 65 negara tadi ia optimis pasar ekspor nanas Indonesia akan semakin terbuka lebar.

"Sinergi dan kerjasama dengan pemerintah telah mendorong peningkatan ekspor. Ini dipermudah lagi dengan fasilitas sub-kontrak kawasan berikat yang diberikan oleh Ditjen Bea dan Cukai, yang sekaligus merupakan fasilitas pertama yang diberikan di Indonesia. Kelompok tani binaan GGP juga menjadi kelompok tani pertama pemanfaat fasilitas ini," papar Welly dengan rasa bangga.

“Lebih lanjut, petani juga mendapat akses kemudahan mendapatkan pupuk serta insektisida murah. Tujuannya tentu saja adalah untuk peningkatan kesejahteraan petani," pungkas direktur, yang memiliki 23 ribu karyawan tersebut. (tami/aidil)