Ekspansi Manufaktur Dinilai Melambat, Pengusaha Ingin Rupiah Stabil

By Admin

nusakini.com--Ekspansi sektor manufaktur Indonesia pada Juni 2018 mulai melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari penurunan angka purchasing managers index (PMI) yang dirilis Nikkei dan Markit. 

Pada Juni 2018, indeks PMI Indonesia yang dirilis Nikkei dan Markit tercatat sebesar 50,3, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang ada di level 51,7. Level ini menjadi level terlemah sejak lima bulan terakhir. Dengan adanya tekanan pada perekonomian nasional, indeks manufaktur berpotensi semakin mengecil pada periode selanjutnya. 

Data Nikkei juga menunjukkan, meski output manufaktur naik, namun tingkat ekspansi pada bulan Juni tercatat menjadi terlemah sejak Maret 2018. Seperti halnya dengan output, tingkat ekspansi untuk pesanan baru, hanya sedikit. Sementara itu bisnis ekspor menurun dalam tujuh bulan berturut-turut. 

Namun, menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Khamdani, industri nasional masih tumbuh. Hal ini ditandai dengan tingginya impor bahan baku sepanjang Januari sampai Mei 2018 yang mencapai sebesar US$ 57,96 miliar. Jumlah itu naik 22,59% dibandingkan periode sama tahun lalu. Ekspor industri pengolahan pada periode yang sama juga naik 6,16% yoy menjadi US$ 54,45 miliar. 

"Perlambatan industri manufaktur bergantung terhadap orientasi mereka. Untuk orientasi ekspor sepertinya masih cukup baik, untuk domestik juga masih ok karena memang belum terlihat perlambatannya," jelas Shinta. 

Kini yang jadi tantangan adalah pelemahan rupiah. Pengusaha ingin rupiah yang stabil, sehingga memudahkan dalam perencanaan bisnis.(p/ab)