Efisiensi Energi: Skenario Termurah Capai Target Kedaulatan Energi

By Admin

nusakini.com--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerjasama dengan Asia Pacific Research Center (APERC) mengadakan diskusi hasil riset seputar “Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) Energy Demand and Supply Outlook”. Diskusi hasil riset APERC membahas 4 skenario yang ditawarkan untuk hadapi tantangan sektor energi di negara-negara APEC, khususnya Indonesia. 

Negara-negara APEC dinilai semakin memiliki peranan penting dalam mempengaruhi tren global di sektor energi. Hasil penelitian APERC menyatakan terdapat 3 tantangan besar sektor energi yakni; tantangan memenuhi permintaan energi yang semakin meningkat karena pertumbuhan populasi dan meningkatnya pendapatan dengan memanfaatkan teknologi terjangkau, tantangan untuk mengurangi emisi karbon yang berasal dari sektor energi serta tantangan mengembangkan dan menerapkan teknologi baru untuk produksi energi.  

Menjawab tantangan tersebut, APERC mengusulkan 4 skenario. Skenario pertama adalah business as usual scenario yang disarankan untuk menghadapi tren tetap sektor energi hingga tahun 2040. Sementara 3 skenario lain (alternative scenarios) diajukan untuk menghalau perubahan signifikan terhadap target dan kondisi sektor energi global. “Rekomendasi APERC diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sektor energi di Indonesia yang juga melihat perkembangan negara tetangga,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, Sujatmiko, di Jakarta, Senin (25/7). 

“Kami mengajukan 3 skenario alternatif. Pertama skenario meningkatkan efisiensi energi (Improved Efficiency Scenario) mengingat Indonesia memiliki potensi menghemat permintaan energi sebesar 52 Milion Ton Oil Equivalent (Mtoe) sampai 20140,” papar Cecilia Tam, Special Adviser APERC. Target penghematan energi bisa tercapai dengan penerapan regulasi ketat efisiensi energi seperti regulasi untuk manajemen pelayanan energi dan regulasi audit program energi. 

Alternatif kedua adalah High Renewables Scenario yang menekankan peningkatan pemanfataan energi baru terbarukan (EBT) pada subsektor listrik dan transportasi. Skenario kedua ini diprediksi dapat menghasilkan energi listrik sebesar 326 Terra Watt Hour (TWh) hingga tahun 2040. 

Skenario alternatif ketiga adalah Alternative Power Mix Scenario yang menyarankan pengembangan kelistrikan menggunakan berbagai sumber energi seperti gas, batu bara bersih (Clean Coal) dan nuklir. Masing-masing sumber energi memberikan dampak beragam terhadap pengurangan emisi karbon dan pembentukan kedaulatan energi nasional. “Dari ketiga skenario alternatif tersebut, menurut kami energy efficiency scenario paling disarankan untuk meningkatkan ketahanan energi dan menghalau isu perubahan iklim,” ujar Cecilia. 

Penelitian oleh APERC ini juga memaparkan beberapa usulan kepada Indonesia dan negara-negara APEC lainnya. Usulannya antara lain:  mempertajam regulasi penggunaan energi baru terbarukan guna mencapai target EBT dalam bauran energi sebesar 23% di tahun 2025; penerapan Carbon Capture Storage (CCS) untuk penggunaan Clean Coal, peningkatan pengunaan gas alam serta pemanfaatan sumber energi nuklir diperlukan untuk mengurangi emisi karbon pada sumber energi listrik; investasi untuk penyediaan energi (diperkirakan sebesar USD 661 Miliar hingga USD 1,684 Miliar) perlu mengangkat pula aspek keamanan energi; serta penetapan target di sektor energi dari negara-negara APEC perlu diselaraskan dengan tujuan perubahan iklim global yang masih memerlukan kolaborasi lebih lanjut. 

Kementerian ESDM menanggapi positif usulan APERC tersebut dan akan menjadi pembahasan di internal Kementerian. “Kami sangat menghargai kerjasama dengan APERC ini. Usulan yang disampaikan akan menjadi perhatian dan pembahasan khusus di Kementerian,” pungkas Sujatmiko. (p/ab)