Dukung Pemenuhan Daging Nasional, Inovasi BPPT Ini Mampu Tingkatkan Populasi Sapi

By Admin


nusakini.com - Menjawab isu Kedaulatan Pangan Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hadirkan formula pakan ternak bernutrisi tinggi, guna membantu tingkatkan populasi ternak sapi potong. Hal ini juga merupakan solusi nyata, agar Indonesia mampu penuhi kebutuhan daging sapi dan mengurangi impor.

Dikatakan Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT, Arief Arianto, pihaknya telah hadirkan inovasi pakan sapi bernutrisi tinggi yang berasal dari limbah sawit.

"Inovasi pakan sapi sawit ini mampu meningkatkan bobot sapi potong dan sudah diterapkan di beberapa wilayah. Kali ini juga kami lakukan kerjasama dengan Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, untuk mendirikan Pabrik Pakan Mini Pakan Ternak dengan Kapasitas 10 ton pakan ternak per-hari," ungkap Arief usai penandatanganan perjanjian kerjasama di Medan.

Kerjasama yang dilakukan PTPP-BPPT dengan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kab. Batubara inipun ditujukan untuk mendorong tumbuhnya peternakan sapi di Kabupaten Batubara.

Saat ini kata Arief, menurut data setempat, jumlah populasi sapi di Batubara ada sekira 27 000 ekor sapi, yang membutuhkan pakan sapi sebesar kurang lebih 270 ton per hari.

"Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi pun, masih didatangkan dari luar Kabupaten. Padahal Kabupaten Batubara memiliki potensi bahan baku pakan sapi dari limbah sawit, sisa panen padi, serta sisa panen jagung," ujarnya.

Potensi pakan yang ada, lanjut Arief, setelah dihitung ternyata mampu mencukupi pakan untuk 3 Kali jumlah populasi sapi di Kabupaten Batubara saat ini, yakni menjadi sekitar 90.000 ekor sapi.

"Potensi 90.000 ekor sapi itu, setara dengan 15.000 ton daging sapi," papar Arief.

Ketersediaan daging sapi tersebut juga sebut Arief, merupakan bagian dari skenario penyediaan protein hewani nasional, yang tertera kepada lokus kegiatan Kedaulatan Pangan di Kementerian PPN/BAPPENAS.

"Limbah dari kebun sawit dan industri pengolahan sawit merupakan sumber bahan pakan yang banyak tersedia sepanjang tahun dan murah," ucapnya.

Limbah industri bungkil sawit dan solid tersedia dan mengandung sumber protein. Saat ini sumber tersebut belum termanfaatkan dengan optimal.

Dalam program integrasi sapi sawit ini, BPPT telah bekerja sama dengan daerah sebagai percontohannya. Tahun 2014 BPPT mulai bekerja sama dengan Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan untuk pertama mencapai 70 ekor sapi dan kini sudah 500 sapi. Selain itu, digagas pola model serupa di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

"Yang menarik adalah bahwa pengembangan sapi di lahan perkebunan sawit adalah bagaimana menyediakan pakan, andalannya adalah menggunakan limbah sawit dengan memformulasi pakan ternak," ujarnya.

Sebagai perbandingan, pada sapi bali dengan pakan konvensional (rumput+dedak) hanya meningkatkan maksimal 200 gram per hari bobot sapi, namun setelah formulasi pakan dari limbah sawit (powerfeed) menjadi 400-700 gram per hari.

Dirinci Arief juga, limbah sawit ini mengandung protein tinggi, banyak lemak, asam organik dan serat yang cocok untuk sapi.

"Dengan pakan formulasi dari limbah sawit ini ada perbedaan perfomance sapi, seperti bobotnya meningkat 50 persen, kesehatan dan tampilannya juga semakin baik," ucapnya.

"Semoga inovasi BPPT ini dapat diterapkan juga di daerah lain, mengingat potensi kebun sawit di Indonesia yang mencapai 11 juta Hektare," pungkasnya.

Sebagai informasi, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga telah mengeluarkan Permentan No 105/Permentan/PD.300/8/2014 Tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budidaya Sapi Potong sebagai dasar hukum kegiatan sapi sawit. (p/mk)