Dubes RI Wellington Dorong Anak-anak remaja Zetizen National Challenge sebagai Agen Perubahan

By Admin

nusakini.com--Pekan lalu, Dubes Tantowi Yahya menerima kunjungan sebanyak 34 orang anak-anak remaja berprestasi, peserta Zetizen National Challenge-Jawa Pos di Kedutaan Besar RI di Wellington, Selandia Baru. Ke-34 anak muda tersebut merupakan pemenang dari kompetisi yang diikuti hampir 30 ribu peserta dari seluruh Indonesia, yang memiliki aksi positif di berbagai bidang seperti lingkungan hidup, pariwisata, sosial dan pendidikan serta memberikan pengaruh terhadap lingkungan sosial.

Dalam acara “Temu Ramah” dengan peserta Zetizen National Challenge, Duta Besar Tantowi Yahya berpesan kepada 34 orang anak-anak remaja tersebut dapat menjadi agen perubahan bagi bangsa dan negara.  

“Setelah menjalani program selama lebih 2 minggu di Selandia Baru, tentu kalian telah banyak menyerap informasi, melihat dan mengalami secara langsung berbagai “best practices” di Selandia Baru. Seyogianya hal-hal positif dari Selandia Baru dapat dibawa dan diterapkan untuk kebaikan negara kita”, pesan Dubes Tantowi kepada peserta.  

Selama lebih dua minggu di Selandia Baru, para peserta mengadakan tour ke beberapa universitas, mengunjungi beberapa museum terkenal, ‘hobitton’ tempat syuting film terkenal dunia The Lord of The Ring dan objek-objek wisata Selandia Baru.  

Kita bisa mengambil nilai-nilai positif Selandia Baru, yang beberapa tahun terakhir dinilai oleh berbagai kalangan sebagai negara yang paling “Islami” karena menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial seperti bersih, toleran dan disiplin atau taat pada hukum. “Selandia Baru tidak hanya bersih dalam arti harfiah yaitu bersih dari sampah dan hal-hal yang kotor, namun juga bersih dari perbuatan-perbuatan melanggar hukum seperti korupsi”, ujar Dubes Tantowi memberi contoh.  

Dalam acara “Temu Ramah” tersebut, beberapa wakil peserta juga memaparkan secara singkat aksi positif mereka yang memberi pengaruh positif kepada lingkungan sosialnya. Salah satu peserta, Yockbet Merauje dari Papua menceritakan program aksinya membentuk kelompok belajar dan mendorong orang tua serta anak-anak pelajar yang awalnya kurang perduli terhadap pendidikan dan menentang aksi positifnya. Namun karena keuletannya, masyarakat di lingkungannya menjadi terdorong dan sangat perduli terhadap pendidikan anak-anak mereka. (p/ab)