Dua Wajah Bali di Museum Volkenkunde, Leiden

By Admin


nusakini.com-Den Haag-Bali, hampir semua orang ingin mengunjunginya, pernah menikmatinya atau memasukkannya dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi. Tidak merasa cukup dengan berbagai tulisan maupun iklan tentang perjalanan ke Bali, Museum Volkenkunde menghadirkan Bali dalam pameran bertajuk “Bali-Welcome to Paradise”.  

Pameran yang akan berlangsung lebih dari enam bulan ini dibuka secara resmi dengan pemukulan gong oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, bersama Walikota Leiden, Henri Lenferink, pada Kamis (11/10) lalu. Dalam acara pembukaan tersebut Direktur Umum Museum, Stijn Schoonderwoerd, meminta Duta Besar Puja menggambarkan Bali dalam ingatannya, dulu dan sekarang.  

Dubes Puja pun menyampaikan bahwa salah satu kunci kesuksesan Bali menjadi salah satu destinasi wisata dunia adalah karena keindahan alamnya, kehangatan masyarakatnya dan keharmonisannya. Tidak kurang dari 6 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Bali setiap tahunnya termasuk wisatawan Belanda.

"Salah satu nilai yang selalu dijaga dan dijalankan oleh masyarakat Bali adalah Tri Hita Karana. Konsep ini mengajarkan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan alam lingkungannya," ujar Duta Besar Puja. Dengan berpegang pada ketiga konsep keharmonisan tersebut, diharapkan berbagai perkembangan industri pariwisata akan dapat dikelola dengan baik untuk menciptakan industri pariwisata yang sehat dan berkelanjutan. 

Museum Volkenkunde tidak hanya menampilkan Bali dalam bayangan para wisatawan, suatu pulau indah dengan pantai berpasir putih, teras padi yang membentang hijau sepanjang mata memandang, dan pura kuno yang memukau dengan berbagai upacaranya. Sebagai museum etnologi, kurator yang melakukan wawancara dengan penduduk selama kunjungan tiga minggu di Bali juga mengetengahkan pandangan masyarakat Bali terhadap perubahan, industri pariwisata, dampak, dan harapan-harapan mereka. Mengelilingi pameran ini, pengunjung diajak berkeliling Bali sebagai wisatawan (tourist) yang penuh keingintahuan, dan meninggalkan museum sebagai penjelajah (traveler) yang diperkaya dengan berbagai pengalaman di Pulau Dewata ini. 

Sekitar 250 undangan yang hadir pada pembukaan tersebut diajak menikmati lebih dari 250 koleksi karya seni Bali ternama dengan dipandu oleh penggagas pameran Anna Tiedink dan kurator Francine Brinkgreve. Para undangan dihibur pula oleh penampilan musik dari DJ Anak Agung Bagus Gede Krishna Putra Sutedja dengan tarian bali yang dikemas modern, dibawakan oleh salah satu warga negara Belanda.

DJ Khrisna Sutedja merupakan pemuda asal Bali yang baru saja meraih gelar Master dengan predikat Cumlaude di Universitas Seni Codarts, di Rotterdam, Belanda. Mengangkat masalah sampah plastik di perairan Bali, seniman Made Bayak memukau undangan dan pengunjung dengan memperagakan pembuatan sebuah lukisan secara langsung. Komunitas Bali di Belanda mengambil bagian dengan menyajikan musik bali sambil mengelilingi ruangan pameran dan menyapa ramah para tamu yang hadir. 

Antusiasme pengunjung terlihat begitu besar, seperti dikemukakan oleh Maarten van Bunningen salah satu pengunjung yang datang dari Den Haag,” Saya sangat menyukai hasil karya para seniman Bali dan menjadi lebih kagum ketika hasil karya tersebut bisa dipamerkan di negara saya.” Antusiasme juga ditunjukkan oleh beberapa orang yang menyatakan akan kembali datang untuk menikmati pameran dalam waktu yang lebih santai dengan mengajak beberapa temannya. Pameran direncanakan berlangsung sampai dengan 26 Mei 2019. (p/ab)