Ditanya Menag tentang Kebanggaan Menjadi Orang Indonesia, Ini Jawaban Pemuda Buddha

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Jumat (22/06), menutup Temu Generasi Muda (TGM) ke-31 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (PBDNSI). Berdiskusi dengan para pemuda Buddhis, Menag memancing tanya tentang kebanggaan dan kekecewaan mereka sebagai warga bangsa Indonesia.  

TGM ke-31 ini berlangsung lima hari, 18 - 22 Juni, di Vihara Vimalakitri, Kota Medan. Kegiatan ini mengangkat tema "Indonesia Sejati adalah Kerja Bersama Mewujudkan Keadilan Sosial". 

Menag mengapresiasi kegiatan rutin yang diikuti 156 generasi Buddha dari 18 provinsi. Sebab, kegiatan yang digelar rutin setiap tahun ini bertujuan meningkatkan pemahaman intelektual dan spiritual pemuda Buddhis, termasuk juga menanamkan kecintaan kepada Indonesia. 

"Apa yang paling membahagiakan sebagai orang Indonesia? Dan apa yang mengecewakan sebagai orang Indonesia?," tanya Menag.  

Ditanya Menag, sejumlah pemuda Buddhia unjuk pandangan. Mayasari, peserta asal Jakarta mengaku bangga sebagai warga Indonesia karena mendapatkan kebebasan beragama.  

"Di sini saya bebas beragama. Negara ini damai, tidak ada yang membatasi utk bergerak dan berekspresi," ujarnya.  

Tentang hal yang mengecewakan, Maya mengaku sedih karena keadilan sosial belum merata. Menurutnya, masih ada beberapa warga yang belum terpenuhi hak-haknya. 

Peserta lainnya, Su Wie Hen dari Jakarta, menegaskan kebanggaanya pada kekayaan budaya Indonesia. Menurutnya, hal itu tidak ditemukan di negara lain. 

"Saya tidak pernah menyesal dan kecewa menjadi orang Indonesia. Apapun yang terjadi di Indonesia, menjadi tanggung jawab bersama," katanya.  

Sementara Arya Saputra dari Bogor, mengaku bangga, karena Indonesia bangsa besar. Orang Indonesia bisa menyerap apapun dari luar. Orang Indonesia tulus bak samudra. Menyerap hal buruk lalu disarikan jadi hal baru yang bersih 

"Saya Kecewa dengan korupsi. Itu sangat merusak. Yakin hal itu bisa dihilangkan oleh generasi muda," tandasnya. 

Kepada para pemuda Buddha, Menag mengajak untuk terus menebar kedamaian, kepada siapapun, di manapun, dan kapanpun. 

Menag menjabarkan sisi luar (eksoteris) agama yang kaya akan keragaman dan sisi dalam (esoteris) agama yang meruakan esensi agama dengan nilai-nilai universal. Menag mengingatkan bahwa agama dijadikan oleh pendahulu bangsa sebagai perajut kemajemukan. Sisi dalam agama menyatukan Indonesia.  

"Saya berharap generasi muda NSI punya pemahaman yang lebih bijak sehingga memahami cara melihat agama dari sisi luar dan dalam, serta menerapkannya secara seimbang," pesannya.  

Sebelumnya, Ketua PBDNSI Suhadi Sendjaja mengatakan bahwa temu generasi muda NSI ini menjadi bagian dari upaya umat Buddha untuk ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa 

Suhadi mengapresiasi kesediaan Menag untuk hadir dan menutup kegiatan tersebut. 

"Kehadiran Menag menjadi support yang sangat besar bagi generasi muda NSI yang akan terus berkegiatan untuk meningkatkan kualitas diri, baik intelektual, maupun spiritual. Niat kami, Indonesia semakin bersatu karena itu penting agar bisa bersaing dengan bangsa lain," tuturnya.  

"Ini usaha agar generasi muda NSI yang meyoritas mahasiswa, antara lain dari ITB, BINUS, UGM, dan pelajar SMA, dapat bersinergi mewujudkan kerja bersama mewujudkan keadilan sosial," tandasnya. (p/ab)