nusakini.com--Indonesia dinilai memiliki potensi cagar budaya laut yang sangar besar. Karena itu, diperlukan usaha perlindungan dan pelestarian terhadap peninggalan masa lalu ini. 

"Cagar budaya bawah laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari warisan budaya umat manusia. Dan UNESCO akan selalu menjaga serta meningkatkan kelestariannya di tingkat lokal, nasional dan intenasional," ujar Shabaz Khan, Direktur kantor UNESCO Jakarta usai pembukaan Konferensi ASEAN-UNESCO terhadap Perlindungan Cagar Budaya Bawah Laut di Benteng Port Rotterdam Makassar, Selasa (19/9).

Khan merujuk Konvensi UNESCO 2001 sebagai instrumen hukum internasional untuk melindungi sumber daya maritim. "Organisasi kami telah dan akan terus membantu negara-negara anggotanya untuk berbagi informasi, mengedukasi masyarakat dan para ahli serta meningkatkan kesadaran untuk melindungi cagar budaya bawah laut," jelas Khan.

Sementara itu, DirekturPelestarian Cagar Budaya dan Pemuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Harry Widianto mengungkapkan sampai saat ini sekira 460 titik cagar budaya bawah di Indonesia yang sudah teridentifikasi. "Titik yang paling banyak ditemukan berada pada Laut Sumatera, Laut Jawa, perairan Morotai, Ternate dan Selat Makassar. Kesemuanya itu merupakan jalur perdagangan rempah-rempah pada masa lalu," ungkap Harry.

"Selain melindungi dan melestarikan, Pemerintah juga ingin menjadikan cagar budaya bawah laut Indonesia sebagai potensi pariwisata," papar Harry.

Konferensi ini sendiri berlangsung selama dua hari. Diikuti oleh perwakilan negara ASEAN plus Timor Leste. Turut dihadirkan juga para ahli dari Portugal, Australia dan Prancis untuk berbagi ilmu di Makassar. Acara pembukaan dihadiri Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel Abdul Latif. (ab)