Diplomasi Digital: Lebih Jauh Tentang Tantangan dan Peluang Media Sosial Dalam Diplomasi

By Admin

nusakini.com--Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerjasama dengan Pulse Lab Jakarta dan DIPLOFoundation menyelenggarakan seminar internasional tentang diplomasi digital di Jakarta, Kamis (12/7). Seminar dihadiri korps diplomatik, perwakilan Kementerian dan Lembaga, organisasi masyarakat sipil, dan organisasi swasta. Seminar dibuka oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi. 

“Diplomasi digital menghubungkan antar individu, kita menyebut diplomasi membumi, antara manusia dan diplomasi. Saya pikir topik ini menjadi bahasan yang menarik dalam seminar​. Inovasi dan diplomasi digital telah menjadi kebutuhan," kata Menlu Retno dalam sambutannya. 

Praktik diplomasi secara tradisional dijalankan melalui komunikasi yang terkontrol dari, dan antara, badan-badan dan lembaga internasional, kedutaan, dan pemerintah. Tren di era kini, dengan akses yang lebih baik terhadap internet dan teknologi digital, diplomasi kini juga telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital. 

Mengapresiasi dinamika dari perubahan-perubahan ini, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Pulse Lab Jakarta, dan Diplo Foundation akan menyelenggarakan seminar internasional tentang diplomasi digital, dengan maksud untuk mengetahui beberapa tantangan dan peluang-peluang baru yang muncul. 

Sejumlah praktisi diplomasi bergabung dalam seminar ini, diantaranya Allaster Cox, Wakil Duta Besar Kedutaan Australia; Rasmus Kristensen, Duta Besar Kedutaan Denmark; Profesor Jovan Kurbalija, Direktur dan Pendiri DiploFoundation; dan Derval Usher, Kepala Pulse Lab Jakarta. 

Seminar membahas pengalaman-pengalaman keberhasilan dan tantangan diplomasi digital, hingga pengaruh diplomasi digital pada kegiatan diplomatik. Termasuk sejumlah diskusi contoh interaksi sehari-hari dan tantangan ke depan yang dihadapi diplomasi digital. 

Jovan Kurbalija, Direktur DiploFoundation, akan berbicara luas tentang berbagai pengalaman diplomasi digital yang memanfaatkan situs jejaring sosial. “Di era digital, penggunaan media sosial untuk diplomasi telah menjadi kebutuhan. Hampir semua pemimpin global saat ini memiliki akun Facebook dan Twitter dan menggunakannya sebagai saluran diplomasi," katanya. 

“Bagaimanapun, diplomasi digital memiliki peluang dan potensi yang lebih besar dari sekedar pemanfaatan tren media sosial. Seminar ini akan memfasilitasi banyak dialog berkaitan tema ini," tutup Jovan. (p/ab)