Diplomasi Cita Rasa Ala Diplomat Muda

By Admin

nusakini.com--Ada pepatah mengatakan bahwa "Cinta berasal dari Perut". Mengenali sebuah bangsa, tidak luput dari kekayaan budaya kuliner yang mewarnai hidup masyarakatnya. Untuk itulah, Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu, melalui Jakarta Young Diplomats Network (JAYDN) mengundang diplomat muda Indonesia dan sejumlah perwakilan asing di Jakarta untuk menghadiri diskusi bertajuk "Gastrodiplomacy: A Venture into Global Culinary Strategies" yang diselenggarakan di Ruang Garuda, Kementerian Luar Negeri pada tanggal 22 Juni 2016 lalu. 

Mengusung topik strategi diplomasi kuliner dari masing-masing negaranya, diskusi menghadirkan narasumber diplomat muda dari 3 negara yaitu Ramadhan Sutan Purnomo (Kemenlu), Borgar Olsen Tormodsgard (Kedubes Norwegia Jakarta), dan Juan Carlos Valdivia (Direktur Perdagangan Kedubes Peru Jakarta), serta pengusaha muda kopi Indonesia, Indradi Soemardjan. 

"Food works better in diplomacy than music. Food stimulates 4 of our senses, smells, taste, sight, and touch. Music only stimulates our hearing. Food gives us experience and cultural understanding", demikian disampaikan narasumber Ramadhan Sutan Purnomo, diplomat muda Indonesia yang juga pemain trumpet di sejumlah band jazz ibukota. 

Pada kesempatan tersebut, narasumber dari Norwegia menyampaikan paparan mengenai tingginya jumlah produksi dan kualitas salmon dari Norwegia yang menjadi salah satu komoditas ekspor Norwegia yang terbaik di dunia. Presentasi diselingi oleh demo membuat sushi dari salmon Norwegia yang dilakukan oleh Chef Slamet "Uki" Basuki, wakil Indonesia di Global Sushi Challenge 2015.

Lebih lanjut, narasumber dari Peru menyampaikan berbagai potensi negaranya yang menjadi "jantung" dari kekayaan kuliner, sekaligus 5 besar daerah tujuan pariwisata di dunia. Indi Soemardjan membungkus presentasi kali ini dengan menyampaikan posisi Indonesia di urutan keempat produsen kopi terbesar dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Viet Nam, serta berbagi pengalaman dalam membawakan kopi sebagai alat diplomasi Indonesia. 

Sebagai penutup diskusi, seluruh peserta berkesempatan untuk berbuka puasa dengan sajian kuliner nusantara dari Natrabu, Gudeg Bu Tjitro, dan produk minuman soda Indonesia, Fayrouz dari PT. Multi Bintang Indonesia. Selain itu, ragam hidangan kian meriah dengan suguhan kuliner sumbangan para diplomat diantaranya sushi dengan salmon segar dari Norwegia, hidangan singkong renyah khas Peru, dan kuliner tradisional chana chaat dari Pakistan. 

Acara diskusi yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama ini merupakan bagian dari kegiatan JAYDN guna mempererat persahabatan dan jejaring antar diplomat muda, sekaligus berbagi ilmu dan pengalaman terkait strategi diplomasi dari negara sahabat. Diskusi JAYDN akan menjadi ajang rutin triwulan dengan harapan dapat memperkuat kapasitas diplomat muda dalam memimpin diplomasi Indonesia di masa yang akan datang. (p/ab)