Digitalisasi Pesantren untuk Permudah Informasi

By Admin


nusakini.com - Semarang - Ketua Pondok Pesantren Qosim Al Hadi Mijen, Muhafidz, mengusulkan agar Desa Wijen Kota Semarang, Jawa Tengah dapat dijadikan sebagai desa digital, sehingga keberadaan ponpes asuhannya pun dapat menjadi Ponpes Digital. 

"Saya harap seiring dengan perkembangan TIK, anak-anak didik kami dapat memperoleh informasi dan publikasi dimanapun serta mendapat perbaikan infrastruktur telekomunikasi yang dapat menunjang kecepatan berkomunikasi via internet seperti adanya penguatan sinyal seluler untuk mempermudah kami dalam informasi," katanya dalam pembukaan acara Bakti Sosial dan Pengobatan Gratis Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-110 Tahun 2018 di Pondok Pesantren Qosim Al-Hadi, Jl. Raya Kuripan RT 2 RW 1, Kelurahan Wonolopo, Mijen - Kota Semarang, Senin (28/05/2018).

Menurut Muhafidz dengan sarana dan prasana terbatas, seperti saat ini, tidak mengurangi antusiasme para santri dalam menuntut ilmu. "Hal ini dapat terlihat dengan prestasi Pondok Pesantren Qosim Al Had yang pernah menduduki peringkat dua se-kota Semarang pada kelulusan TA 2012/2013. Ini semua tujuannya untuk memajukan pretasi belajar para santri dan santriwati didikan kami,” ungkapnya seraya mengharapkan agar nantinya ada konsentrasi khusus dalam mewujudkan pesantren digital.

Pengasuh Ponpes juga menyampaikan penghargaan atas kesediaan Kementerian Kominfo berkunjung. “Kami merasa tersanjung dan terhormat Kementerian Kominfo sudah meluangkan waktu untuk bekunjung melihat keberadaan anak-anak didik kami disini. Untuk itu kami menghaturkan terima kasih. Kami juga memohon maaf apabila ada kekurangan selama penyambutan disini. Walaupun di tengah hutan tidak mengurangi semangat belajar para santri kami," tambah Muhafidz.

Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya Lala M. Kolopaking menyatakan saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika selama ini baru membangun kota digital atau smart city. "Mungkin kedepannya akan diusulkan untuk mewujudkan pesantren digital dan desa digital. Para santri juga bisa membaca buku literasi digital dari Kemkominfo untuk meningkatkan pengetahun dan tidak salah dalam menggunakan teknologi digital dan menjadi sangat bermanfaat," katanya.

Menyambung penyataannya, Lala Kolopaking menjelaskan bahwa TIK adalah soal masa kini untuk menyelesaikan soal masa depan. Menurutya, TIK merupakan inovasi sebagai unsur sumber perubahan yang dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang bermanfaat.

“Berbicara soal digital, maka masyarakat kita sudah terbiasa dengan budaya menunduk, hal yang menjadi sebuah kegelisahan bagi kita semua, tentunya dapat teratasi apabila kita sering membaca buku-buku tentang memanfaatkan teknologi karena informasinya begitu banyak dan serba digital. Ini istilahnya literasi, artinya kita membuka wawasan dengan digital," katanya.

Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya juga menghimbau kepada kepada semua hadirin menjaga kesehatan sebagai bekal memiliki badan yang sehat juga jiwa yang sehat. "Dengan adanya pengawasan dan dukungan dari pak ustad disini, saya harap para santri dapat memanfatkan buku-buku itu untuk memanfaatkan teknologi yang memberi informasi yang cepat untuk kebaikan, untuk hal-hal positif. Adik-adik dapat membaca hal-hal yang produktif, memperoleh informasi yang baik dan memberikan kemajuan bagi bangsa, negara, dan lingkungan sekitar sehingga dapat menumbuhkan iklim hidup yang sehat serta menambah sarana pembelajaran," tambahnya.

Sekretaris Ditjen SDPPI, Sadjan menyebut pondok pesantren sebagai pusat pengembangan pendidikan berazaz agama. Oleh karena itu harus didukung dari segi kesehatan serta pengetahuan di era digital. “Agama menjadi nilai dasar dari segi pengetahuan dalam era digital yang ada sekarang para santri juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman terutama teknologi agar tidak tertinggal di era milenial ini,” ujarnya.
Kota Semarang merupakan kota keempat atau terakhir yang dikunjungi Tim Bakti Sosial Peringatan Harkitnas ke-110 Tahun 2018 Kementerian Kominfo, setelah sebelumnya Surabaya (Jatim), Yogyakarta, dan Solo (Jateng). “Bakti sosial tahun ini dilakukan di empat kota besar seperti Semarang, Surabaya, Solo dan Yogyakarta sebelumnya tiga tahun lalu hanya diadakan di satu kota saja,” papar Sadjan.

Sebagaimana di tiga kota yang lain, bakti sosial diisi dengan seminar kesehatan oleh dokter Klinik Pratama Kementerian Kominfo yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Ada tes gula darah, pemeriksaan gigi gratis dan poli umum. 
Sadjan berharap dengan diadakan bakti sosial dan pengobatan gratis serta pengenalan tekonologi di era digital dapat mendorong para santri untuk mampu lebih kritis lagi belajar di era digitalisasi ini.
Tak hanya itu, Tim juga memberikan bantuan alat-alat penunjang kesehatan dan sembako guna membantu masyarakat di sekitar pondok pesantren.Kementerian Kominfo juga memberikan sumbangan khusus untuk Pondok Pesantren Qosim Al Hadi berupa Al Quran, buku literasi digital, perlengkapan ibadah, serta sembako.

Kegiatan yang disambut antusias oleh warga sekitar ini turut dihadiri Kepala Biro Umum Munzaer, Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Ditjen SDPPI Hasyim Fiater, Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Semarang Jhoni Adrian, perwakilan Kodim Mijen, Kapolsek Mijen, serta perangkat desa setempat. (p/ma)