Di WEF 2017, Menperin Fokuskan Teknologi dan Inovasi Industri Nasional

By Admin

nusakini.com--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memastikan fokus terhadap pengembangan teknologi dan inovasi di industri nasional pada tahun 2017. Ini merupakan upaya mengantisipasi penerapan sistem teknologi produksi global terbaru, sebagai dampak dari revolusi industri keempat atau industry 4.0. 

“Apalagi saat ini ditandai dengan munculnya beberapa terobosan teknologi seperti mobile connectivity, artificial intelligence, internet of things, next generation robotics, 3D printing, genetic engineering, nanotechnology, advanced materials, dan biotechnology,” ujarnya saat diskusi panel Indonesia Night dalam rangkaian World Economic Forum (WEF) 2017 di Davos, Swiss, Rabu (18/1) waktu setempat.

Menurut Airlangga, langkah yang akan dilakukan ke depan secara keseluruhan dapat menentukan proses yang terjadi dalam industri manufaktur di dalam negeri, antara lain berpengaruh pada model bisnis, jaringan suplai global, kebutuhan tenaga kerja, dan kelangsungan pembangunan industrinya. 

“Kami berharap, melalui WEF 2017 akan dihasilkan agenda kerja sama yang bermanfaat di tingkat global dan regional bagi para pengambil kebijakan maupun pelaku usaha untuk menyusun pendekatan baru dalam membangun sistem produksi yang inovatif dan aplikatif, selaras denganfenomena industry 4.0,” paparnya. 

Kehadirannya di WEF 2017 sebagai board of stewards (pengarah) dari delegasi Indonesia, kata Airlangga, dimanfaatkan pula untuk berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan isu-isu penting terkini khususnya di sektor industri. “Selain itu, kami berupaya membangun network dengan komunitas Menteri Perindustrian dan Perdagangan dunia, serta berinteraksi dengan para pempimpin bisnis penting dunia,” tuturnya. 

Lebih lanjut, menurutnya, pandangan dari kalangan para pempimpin pemerintah, dunia usaha, akademisi, politisi, dan organisasi internasional terkemuka yang hadir di WEF 2017 dapat menjadi referensi bagi kebijakan pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri nasional ke depan. Hal ini sesuai dengan tema forum ekonomi dunia yang berlangsung selama 17-20 Januari 2017 dengan dihadiri sebanyak 3000 peserta dan 50 kepala negara, yakni shaping the future of production. 

“Bahkan, WEF 2017 bisa menjadi kesempatan untuk menjajaki peluang investasi dan kolaborasibisnis,” ungkap Airlangga. Pada tahun ini, Menperin telah mengusulkan beberapa projek terkaitkerja sama pemerintah dan swasta, salah satunya adalah pengembangan teknologi gasifikasi batubara. “Proyek ini akan dipacu dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan mengurangidampak negatif dari lingkungan,” tambahnya. 

Di samping itu, Menperin juga bakal mendorong peningkatkan daya saing dan perluasan pasar bagi industri kecil dan menengah (IKM) nasional melalui e-Smart IKM, yang diharapkan dapat menjadi bagian dari rantai pasok dunia. “Kemudian, terkait dengan peningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal, kami akan melakukan pengenalan terhadap perubahan teknologi dikaitkan dengan skill yang diperlukan,” jelasnya. 

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto yang turut mendampingi Menperin, menjelaskan bahwa rantai industri menurut forum ekonomi dunia ini meliputi produk-produk barang dan jasa dengan melibatkan beberapa aktivitas mulai dari pengelolaan bahan baku, perakitan, distribusi, penggunaan oleh konsumen, sampai dengan proses daur ulang. “Oleh karenanya, proses industri itu tidak hanya terpusat pada proses manufacturing, karena pada saat ini masalah lingkungan dan inisiatif berkelanjutan tidak dapat dipisahkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Harjanto, pada WEF 2017 dibicarakan mengenai antisipasi perubahan teknologipada sektor industri manufaktur dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dapat mengubahsistem produksi global serta mengurangi gelombang kompetisi baru diantara produsen dan negara-negara di dunia. “Pada dasarnya, aktivitas produksi tersebut akan mempengaruhi struktur ekonomipada tingkat global, regional, dan nasional,” ungkapnya. 

Untuk itu, WEF 2017 menjadi ajang untuk memahami transformasi sistem produksi ditingkat global, wadah untuk menjalin kerja sama, serta membangun proyek percontohan untukmendorong inovasi produksi global dan tenaga kerja secara berkesinambungan. Beberapa upayaprioritas yang akan dilakukan, antara lain fokus pada riset dan informasi dan meningkatkan kesiapan proses transfer teknologi. 

“Selanjutnya, memperluas pengetahuan tentang produksi, menciptakan jenjang karir produksi termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan dan pendidikan, mengutamakan public private partnership pada sektor riil, serta mendorong inovasi dan pertumbuhan,” papar Harjanto.(p/ab)