Dengan Biogas, Peternak Ini Tidak Lagi Repot Beli LPG 3 Kg

By Admin

nusakini.com--Kini peternak sapi di Desa Mekar Jaya Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut tidak lagi direpotkan untuk membeli gas LPG 3 kg sebagai bahan bakar rumah tangganya. Kebutuhan untuk bahan bakar rumah tangga mereka kini sepenuhnya sudah dapat dipenuhi dengan biogas yang bersumber dari kotoran sapi yang dimiliki. 3 ekor sapi untuk kebutuhan reaktor kapasitas 6 kubik sudah mencukupi kebutuhan bahan bakar peternak. Demikian diutarakan Ketua Kelompok Peternak Pamegatan, Adis kepada esdm.go.id. Selasa (29/11). 

“ Anggota Koperasi Peternak sebanyak 170an peternak kini sudah tidak lagi ribet untuk memenuhi kebutuhan bakan bakar rumah tangga, biasa kan ya kalau di kampung beli gas itukan ribet, rumah-rumah yang sudah punya biogas itu ga beli gas lagi, tinggal nyalain jadi ga ribet,” ujar Adis. 

“Beli gas itu kalau ada syukuran-syukuran aja baru beli, sekarang bikin gas sendiri dari reaktor itu, kalau udah abis masaknya gasnya ngisi lagi jadi ga abis-abis,” lanjut Adis. 

Adis menjelaskan, untuk mengetahui ketersediaan gas yang dimiliki, peternak menggunakan meteran dari selang yang terisi air, jika air tertekan keatas oleh gas maka permukaan air pada selang akan naik keatas itu mengindikasikan ketersediaan gas yang ada mencukupi dan sebaliknya jika air pada selang turun maka ketersediaan gas menipis. 

Kelompok peternak pamegatan rata-rata satu memiliki reaktor dengan kapasitas sebesar 6 kubik yang mencukupi untuk menampung biogas dari kotoran tiga ekor sapi.”Untuk menghasilkan biogas yang bagus maka kotoran sapi harus digabungkan dengan urin sapinya, jangan menggunakan air mineral atau air biasa. Itu akan menghasilkn biogas yang bagus dan lebih banyak,” jelas Adis. 

Reaktor yang dimiliki peternak umumnya dibangun menggunakan beton berbahan pasir dan semen bukan menggunakan plastic karena lebih kuat dan awet. Meski lebih mahal, reaktor beton dapat digunakan 15 hingga 20 tahun dan jika menggunakan plastik diperkirakan hanya akan bertahan dua tahun saja. 

Limbah kotoran sapi selain dimanfaatkan untuk biogas, oleh peternak juga dimanfaatkan menjadi pupuk dan pestisida organik. “Setelah mendapat pembinaan dari GADING (Gathering and dissemination of information and green knowledge for a sustainable integrated farming workforce in Indonesia), kita memanfaatkan kotoran sapi menjadi bio-slurry (pupuk organik) yang baik untuk menanam lemna (Kayambang (bahasa local) red) yang merupakan bahan pakan sapi dan pakan ikan," tambah Adis. 

Bio slurry sebagai nutrisi untuk tanaman Lemna. Lemna merupakan makanan tambahan sebagai suplemen untuk sapi sebagai pengganti konsentrate. Dengan kandungan protein tinggi yang dimiliki oleh Lemna, kebutuhan konsentrate untuk sapi dapat dikurangi sehingga mengurangi biaya pembelian konsentrate yang harus dikeluarkan peternak. (p/ab)