nusakini.com--Soda alias minuman ringan dikenal buruk untuk kesehatan gigi. Terlalu banyak minum soda bisa menyebabkan kerusakan gigi sehingga disarankan menggantinya dengan air putih. Namun, bagaimana dengan minuman yang lain?

Ternyata, ada minuman yang baik untuk tubuh tetapi pada saat yang sama berpotensi merusak gigi. Berikut sederet minuman dengan dampak terselubung yang sebaiknya tidak diminum berlebihan, dikutip dari laman Men’s Health. 

Jus buah 

Jus buah, terutama jeruk, lemon, jeruk limau, dan nanas berpotensi lebih cepat melapisi gigi dengan asam dan gula. Untuk mencegah risiko erosi enamel, gigi sensitif, dan kerusakan gigi, lebih dianjurkan mengonsumsinya dalam wujud buah utuh. 

Teh dan kopi 

• Pemanfaatan Layanan Naik Drastis, Kondisi Keuangan BPJS Kesehatan Masih Sehat
• NRL Kosmetik Luncurkan Produk Baru dengan Kandungan Retinol untuk Kulit Berkualitas
• Covid-19 Kembali Menebar Ancaman, Malaysia dan Singapura Imbau Pakai Masker
• Fatality Rate Tinggi, Bukti Negara Gagap Tangani Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak
• Sinergi Kimia Farma – Pertamedika IHC Mewujudkan Ketahanan Kesehatan Nasional

Sifat asam pada kopi bisa menyebabkan pengikisan enamel secara perlahan-lahan dan memicu gigi sensitif. Terbiasa memberi banyak gula dalam kopi atau teh yang rutin diminum juga dapat terakumulasi menjadi kerusakan gigi. 

Minuman energi 

Minuman energi memiliki kandungan asam dan gula yang sama tingginya seperti minuman ringan. Sering meminumnya meningkatkan kadar gula dan asam yang tinggi di mulut. Bagaimanapun, air putih adalah bentuk hidrasi terbaik untuk tubuh dan gigi. 

Cuka apel 

Minuman cuka apel atau cuka lemon kian populer sebagai detoks yang ‘membersihkan’ tubuh. Namun, jangan berlebihan meminumnya karena kandungan asamnya dapat berdampak buruk pada sistem pencernaan sekaligus memicu gigi sensitif. 

Anggur 

Minuman anggur atau wine memiliki kadar asam tinggi dan menggunakan banyak gula pada proses fermentasinya. Minuman beralkohol ini juga membuat mulut kering karena sifatnya yang mengurangi aliran saliva (air liur) sehingga meningkatkan risiko kerusakan gigi. (rilis/rajendra)