Cinta Kasih Landasan Utama Moral Dharma Buddha Gautama

By Admin

nusakini.com-- Dharmasanti Waisak Nasional Tahun 2560 BE/2016M yang dipusatkan di Candi Borobudur, akhir pekan lalu meninggalkan sebuah pesan mendalam tentang cinta dan moral cinta. Pesan akan pentingnya cinta kasih dalam Buddha Dharma sebagaimana diajarkan Buddha Gautama ini disampaikan Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera dihadapan Wapres Jusuf Kalla, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Menpan RB Yudi Chrisnandi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Dirjen Bimas Buddha Dasikin, Ketua Umum Hartati Murdaya dan ribuan umat Buddha. 

“Guru agung Buddha Gautama mengajarkan dharma, dan moral cinta kasih adalah landasan utama moral dharma yang beliau ajarkan,” tegasnya. 

Menurut Sri Pannavaro Mahathera, moral cinta kasih sebagaimana diajarkan Buddha Gautama adalah factor yang menumbuhkan kepedulian manusia kepada semua yang menderita. Moral cinta kasih juga yang menumbuhkan sikap manusia untuk menerima perbedaan dan menghargai perbedaan.  

“Moral cinta kasih yang menuntun kita mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan buruk. Karena perbuatan yang buruk akan merugikan orang lain, lingkungan, dan juga diri kita sendiri,” tuturnya. 

Lebih dari itu, lanjut Bhikku, moral cinta kasih juga yang menuntun manusia menjadi pribadi bertanggung jawab dan jujur dalam membela kepentingan orang lain. Moral cinta kasih jugalah yang meredam kebencian dan amarah, meredam keegoisan yang sering membuat manusia berbuat buruk. “Guru agung Buddha Gautama menasehatkan, jangan karena marah dan membenci, kita mengharap orang lain celaka,” pesannya. 

Di hadapan ribuan umat Buddha yang memadati area Candi Borobudur, Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera menceritakan kembali sejarah singkat Sidharta Gautama. Menurutnya, Sidharta kecil melihat penderitaan di luar istana hingga menggetarkan hatinya. Saat itu, Sidharta tidak melihat kasta dan agama, tapi hanya penderitaanlah yang dilihatnya. Kondisi itu mengguncang Sidharta, lalu menggerakan dirinya untuk menolong. 

“Lazimnya, kita tidak tahan dengan penderitaan sendiri, tapi amat jarang yang tidak tahan melihat penderitaan orang lain. Mereka yang tidak tahan melihat penderitaan orang lain itulah manusia besar,” ujarnya. 

Penderitaan yang dilihat itu merubah seluruh kehidupan Sidharta. Ditinggalkannya segala kenikmatan diri sebagai putra mahkota untuk berkelana selama 6 tahun di hutan Rubela, hingga mencapai pencerahan sempurna. 45 tahun kemudian, dengan cinta kasih yang sempurna, Guru Agung Buddha Gautama mengajarkan dharma.  

Akan kisah ini, Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera berpesan agar setiap orang tua dapat menjadi sumber moral dan keteladanan perilaku cinta kasih bagi putera dan puterinya. Kalau pendidikan formal umumnya memberikan pendidikan pengetahuan kognitif, maka ibu dan ayah harus bisa memberikan kehangatan cinta kasih. “Kehangatan cinta kasih ibu dan ayah itulah yang melindungi anak – anak dari perilaku kejahatan dan tindakan buruk,” tandasnya. 

Kepada para pemimpin bangsa, Bhikku mengumpamakan mereka laksana orang tua bagi masyarakat yang harus tidak tega melihat mereka menderita. Para pemimpin laksana orang tua yang selalu memberikan bimbingan tanpa pamrih kepada para putera-puterinya agar mandiri, luhur budi, dan sejahtera.  

Menurutnya, pujangga Buddhis Mpu Tantular menerjemahkan cinta kasih menjadi ungkapan yang dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan tidak mungkin dilebur, dibuang begitu saja, atau dijadikan satu. Perbedaan harus diterima dengan ketulusan hati karena di antara perbedaan itu hakikatnya adalah tunggal. 

“Apakah yang tunggal itu. Kemanusiaan adalah universal, kebenaran yang hakiki adalah tunggal. Itulah yang membuat kita menerima perbedaan, menghargai perbedaan dengan ketulusan hati,” katanya.   

Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera yakin bahwa slogan Bhinneka Tunggal Ika bukan baru ada ketika Mpu Tantular menuliskannya di lontar Sotasoma. Moral Binneka Tunggal Ika sudah ada sebelum itu dan bahkan sudah mendarah daging menjadi jati diri nusantara. “Itulah sifat dasar bangsa Indonesia hingga kini. Kami ingin memberikan moral Bhinneka Tunggal Ika kepada dunia,” tandasnya. (p/ab)