Catatan Menpar Arief Yahya: CEO Message #48 WISA (Wonderful Indonesia Service Ambassador)

By Admin

Menteri Pariwisata, Arief Yahya  

nusakini.com - Minggu lalu, Rabu (16/5/2018) adalah hari yang cukup spesial. Saya berkunjung ke perusahaan transportasi Blue Bird untuk memberikan pembekalan kepada para pengemudi sekaligus menetapkan para pengemudi taksi sebagai Wonderful Indonesia Service Ambassador (WISA). Pelatihan ini menindaklanjuti program Co-branding antara Kemenpar dan Blue Bird dimana pada saat penandatanganan kerjasama saya berkomitmen akan mengajar langsung para pengemudi sebagai service ambassador.

Apa itu service ambassador? Dalam marketing kita mengenal konsep Marketing Value yang terdiri dari tiga elemen yaitu Brand, Service, Process. Selama ini kita mengenal apa yang disebut brand ambassador. Karenanya di Kemenpar selain brand ambassador, saya merasa kita juga harus punya service ambassador.

Dengan penetapan ini, Kemenpar kini memiliki dua ambassador. Pertama adalah Brand Ambassador, yaitu Putri Pariwisata, para artis entrepreneur yang telah co-branding, dan selebritas yang kita minta untuk mendukung kampanye pariwisata kita. Kedua adalah Service Ambassador yaitu para pengemudia taxi Blue Bird.

Moment of Truth

Mengapa para pengemudi Blue Bird saya tetapkan sebagai WISA? Tidak lain adalah karena para pengemudi ini berhubungan langsung dengan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, impresi dibutuhkan agar para wisman mendapatkan kesan yang mendalam (moment of truth), khususnya tentang Wonderful Indonesia. Moment of truth ini akan menjadi kenangan yang membuat mereka bersedia berkunjung kembali ke Indonesia, atau melakukan repeat guest.

Saat para wisatawan datang, selain imigrasi, mereka akan berhadapan dengan para pengemudi menuju hotel atau destinasi selanjutnya. Begitu pula saat wisatawan akan pulang menuju bandara atau stasiun, pengemudi taksi menjadi first impression sekaligus last impression yang menjadi moment of truth bagi para wisatawan.

Karena itu di Filipina misalnya, Pemerintah memesankan kepada para pengemudia taxi: “You have to be very nice and honest to any f tourist, otherwise you and the entire country will loose everything.”

Karenanya, pengemudi Blue Bird harus merepresentasikan hospitality yang khas Indonesia ketika menyambut para wisatawan. Mereka harus lebih tahu destinasi Indonesia dibanding siapapun. Para pengemudi harus bisa menjadi trusted advisor bagi para wisatawan yang mampu merekomendasikan sekaligus menceritakan story tentang destinasi-atraksi yang menarik di kotanya.

Misalnya saat sedang ada Calender of Event di suatu daerah. Para pengemudi Blue Bird bisa memberi informasi mengenai waktu pelaksanaannya, destinasi, kulinernya, hingga atraksi-atraksi yang bagus.

Belajar dari Black Cab

Seperti yang sudah sering saya katakan, cara tercepat untuk menjadi yang terbaik adalah dengan melakukan benchmark ke world’s best practices. Dalam hal taksi, yang terbaik tentu saja Black Cab di London. Para pengemudi taksi London tersebut sangat pantas disebut “service ambassador” pariwisata Inggris.

Taxi Black Cab di London

Untuk diketahui, jika ingin lulus menjadi pengemudi taksi Black Cab, perlu waktu kurang lebih 3 tahun untuk uji pengetahuan. Tidak hanya itu, para pengemudi juga harus tahu 15 ribu jalan serta 20 ribu spot destinasi. Para pengemudi Black Cab juga memberikan storytelling kepada para penumpangnya.

Uniknya, para pengemudi Black Cab mayoritas bukan Muslim, tetapi mereka hafal betul dengan cepatnya mencari lokasi masjid dimana, atau menunjukkan tempat-tempat yang menyediakan kuliner halal. Mereka juga tahu jalur-jalur strategis lokasi favorit pariwisata di sana, dan mengantarkan tamunya dengan amat baik. Mereka betul-betul menjadi trusted advisor bagi penumpang termasuk wisatawan.

Saking berkesannya, Saya menyimpulkan wisatawan yang bertandang ke London, kurang afdhol jika belum naik Black Cab. Ke London belum sah kalau belumnaik Black Cab. Dengan analogi yang sama, harus kita arahkan bahwa, wisman yang ke Indonesia belum afdol kalau kalau belum naik taksi Blue Bird.

Partner 3 Program Prioritas

Pada pembekalan para pengemudi kemarin, saya juga meminta Blue Bird menjadi partner untuk mendukung program prioritas Kemenpar tahun ini, di antaranya adalah Hot Deals, Calendar of Events (CoE) dan Destinasi Digital.

Untuk program Hot Deals, yang sudah diluncurkan dan berjalan adalah di Batam (Kepri) dan Jakarta. Sebentar lagi saya akan me-launching program Hot Deals di Bali. Saya meminta para pengemudi bisa merekomendasikan hotel-hotel yang telah bekerjasama memberikan paket-paket diskon dan promo.

Begitu pula dengan Calendar of Events (CoE), kita punya sekitar 3000 perhelatan events di seluruh kota dan daerah yang telah kita kurasi menjadi 110 CoE. Sebut saja Jember Fashion Carnival, Pesta Kesenian Bali, atau Tour De Singkarak. Saya ingin para pengemudi bisa bercerita mengenai event-event pariwisata yang sedang berlangsung di daerahnya.

Tahun 2018 ini menjadi salah satu tahun terpenting bagi industri pariwisata Indonesia. Tahun ini kita menjadi tuan rumah penyelenggaran event internasional Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang pada Agustus dan Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia (IMF-WB) di Bali pada Oktober mendatang yang akan dihadiri ribuan peserta (wisman) dari mancanegara. Saya menegaskan pada para pengemudi untuk menunjukkan keramahan dan hospitality khas Indonesia pada para atlet dan delegasi.

Kita juga punya program 100 destinasi digital di seluruh provinsi, dimana target pasar yang dibidik adalah generasi milenial yang narsis dan eksis di media sosial. Tipikal konsumen yang sama dibidik oleh Blue Bird. Saya meminta Blue Bird turut mempromosikan destinasi baru yang instagramable ini di kotanya masing-masing. Generasi milenial adalah pelanggan masa depan. Siapa yang memenangkan masa depan akan memenangkan masa kini.

Digital Apps

Untuk bisa melakukan itu semua, tentu para pengemudi harus dilatih betul bagaimana memberikan pelayanan yang paripurna dan bisa menjadi seorang trusted advisor bagi wisatawan. Mereka juga harus dibekali pengetahuan tentang destinasi, CoE, serta program-program prioritas Kemenpar lainnya.

Jika untuk menjadi service ambassador, pengemudi Black Cab harus melewati uji kompetensi hingga 3 tahun, saya bilang untuk pengemudi Blue Bird tidak perlu selama itu. Kenapa? Karena menghapal ribuan jalan dan destinasi kini sudah bisa dilakukan oleh teknologi, nggak perlu repot dan pusing.

Karena itu Kemenpar dan Blue Bird akan kolaborasi untuk mengembangkan aplikasi yang memudahkan bagi para pengemudi mendapatkan beragam informasi untuk penumpang dan wisatawan tersebut secara mudah dan cepat. Aplikasi yang akan saya beri nama “WISA” ini nantinya berguna bagi pengemudi untuk mempermudah dalam mempromosikan wisata kepada penumpangnya.

Aplikasi WISA nantinya akan berisi konten tentang segala informasi yang berhubungan dengan wisata. Mulai dari restoran, hotel, masjid, sejarah, dan lainnya. Aplikasi ini nanti bisa dipasang di dashboard yang akan memberikan berbagai informasi. Misalnya apa saja top kuliner di Surabaya, lalu hotel yang sedang promo di Bandung, atau top 10 destinasi unggulan di Bali. Nantinya juga akan ada informasi terkait event top 100 CoE apa yang sedang atau akan berlangsung di bulan tersebut.

Intinya, para pengemudi taksi tak perlu tahu knowledge yang begitu banyak mengenai tempat-tempat yang begitu banyak. Tapi lebih mengasah skill bagaimana menggunakan aplikasi untuk mencari tempat-tempat yang begitu banyak tersebut.

Setelah pembekalan yang saya berikan kemarin, nantinya tim Kemenpar-Blue Bird akan mem-followup-nya dengan pelatihan yang lebih mendalam mengenai penggunaan aplikasi WISA untuk pengemudi. Mereka juga akan dibekali kemampuan melakukan storytelling. Hingga pengemudi tidak perlu hafal seluruh persimpang ataupun jalan-jalan, mereka cukup memanfaatkan aplikasi. Ini mempermudah pekerjaan pengemudi sebagai service ambassador-nya Wonderful Indonesia.

Akhir kata, inilah bentuk Indonesia Incorporated yang cantik antara pemerintah dan pihak swasta dalam memajukan pariwisata. Sinergi dan kolaborasi harus terus kita lakukan dalam mewujudkan target besar kita tahun depan, mencapai 20 juta wisman. (p/ma)