Butuh Konsultasi Masalah Kejiwaan, Jangan Ragu ke Fasyankes dengan Layanan Jiwa

By Admin

Foto/Ilustrasi  

nusakini.com - Bunuh diri merupakan masalah kejiwaan yg sangat memprihatinkan. Data dari WHO menunjukkan bahwa di seluruh dunia setiap 40 detik terjadi 1 orang bunuh diri. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang merasa membutuhkan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu untuk bercerita, berkonsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit dengan fasilitas layanan kesehatan jiwa, bila perlu merujuk ke RS Jiwa (RSJ).

Demikian pernyataan Direktur Pencegahan & Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH kepada Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Jumat sore (21/7/2017).

Layanan kesehatan jiwa di Indonesia secara bertahap, terus ditingkatkan pengembangannya baik kuantitas maupun kualitasnya. Di tingkat Fasyankes primer, saat ini terdapat 3602 Puskesmas sudah memiliki layanan kesehatan jiwa. Selanjutnya, di tingkat Fasyankes rujukan, lebih dari 247 RS Umum memiliki layanan jiwa yang lengkap (data 2014), 37 RSUD Rujukan Regional, ditambah 35 RS Jiwa dan 1 Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) milik Pemerintah, serta 14 RSJ milik swasta.

Sementara itu, beberapa RSJ juga ada yang sudah memiliki layanan konseling/konsultasi melalui telepon, antara lain: RSJ Amino Gondohutomo Semarang, Jawa Tengah; RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, Jawa Barat; RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta; RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Jawa Tengah; dan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang, Jawa Timur.

Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa Kementerian Kesehatan RI pernah memiliki layanan konsultasi/konseling masalah mental dan kejiwaan termasuk pencegahan percobaan bunuh diri melalui saluran telepon yang dikenal dengan sebutan ASA 500-454. Namun, layanan yang diluncurkan pada 10 Oktober 2010 tersebut telah dihentikan operasionalnya pada akhir tahun 2014 lalu. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya, antara lain:

Terjadi ketidakefektifan antara biaya dan sumber daya yang disediakan dengan jumlah penelefon yang masuk, semakin lama semakin menurun.

Data Kemenkes mencatat jumlah penelepon yang menggunakan layanan hotline ASA, yaitu: 161 penelepon pada 2010; 222 penelepon pada 2011; 347 penelepon pada 2012; 267 penelepon pada 2013; dan 46 penelepon pada tahun 2014.

 Sebagian besar penelepon lebih banyak bertanya seputar informasi kesehatan jiwa dan permintaan data atau informasi dibandingkan dengan konseling kasus bunuh diri dan konsultasi masalah kesehatan jiwa lainnya.

“Untuk itu, bagi masyarakat yang membutuhkan layanan konsultasi terkait permasalahan kesehatan jiwa yang dialami, diharapkan untuk dapat langsung menghubungi atau datang ke Puskesmas atau RS dengan layanan kesehatan jiwa terdekat, bila perlu baru dirujuk ke RS Jiwa”, imbuh dr. Fidiansyah. (p/mr)