Bertemu Mahasiswa, Ganjar Kembali Dapat Curhatan

By Admin


nusakini.com-Yogyakarta – Menyambangi aktivitas Akademi Kewirausahaan Masyarakat yang digelar di Auditorium Digital Library Kampus Fisip Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (14/12), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru mendapat curhatan problematika kampung halaman dari pemuda perwakilan dari seluruh wilayah di Indonesia. Mulai dari susahnya mengakses informasi hingga kesenjangan masyarakat diungkap para mahasiswa. 

Seperti Cici, mahasiswa dari Bolaang Mengondow Selatan, Sulawesi Utara. Dia mengatakan daerah asalnya sangat terpelosok, bahkan jaringan seluler pun tidak ada. 

Dia menceritakan, Bolaang Mongondow Selatan merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Utara yang berdiri 10 tahun lalu. Topografi wilayah kabupaten tersebut berupa bukit-bukit atau pegunungan, dengan ketinggian dari nol sampai dengan 1.534 meter dari permukaan laut. Selain itu, memiliki panjang pantai 294 kilometer dan sebagian kecil adalah dataran rendah bergelombang, serta memiliki sungai-sungai utama, sedang dan kecil. 

“Kami harus melewati pegunungan untuk dapat mengakses informasi, pak. Jadi kami susah mencari ataupun memberi informasi tentang kampung kami,” ugkap Cici kepada pria yang juga Ketua Kelompok Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) ini. 

Setelah Cici, giliran Rossi yang mengangkat tangan untuk curhat kepada Ganjar. Awalnya, perempuan muda itu bercerita tentang potensi wisata di daerah asalnya. Namun menurut Rossi, ada hal yang membuat jarak di antara masyarakat. 

“Bagaimana caranya agar potensi wisata ini semakin membuat masyarakat semakin bersatu,” tanya Rossi. 

Ganjar mengawali jawaban dengan mengatakan jika ingin memakmurkan desa, ubahlah mindset masing-masing orang. Dia lantas berkisah kunjungan yang pernah dilakukan di salah satu pulau di Cilacap, yang tidak terjangkau signal seluler. Akses transportasi pun susah. Ganjar membayangkan wilayah itu mirip dengan kampung halaman Cici di Bolaang Mongondow Selatan. Setelah itu dia berembuk dengan masyarakat untuk mencari jalan keluar. “Alhamdulillah di sana akhirnya bisa dijangkau jaringan seluler,” katanya. 

Dengan pergeseran mindset tersebut, kata Ganjar, beberapa desa di Jawa Tengah juga mengalami kemajuan yang cukup pesat, khususnya di bidang pariwisata. Kabupaten Pemalang, Klaten, Temanggung serta beberapa daerah lain merupakan contoh yang di sebut Ganjar sebagai wilayah yang cukup baik mengelola potensi, sekaligus memberdayakan masyarakatnya. 

“Yang saya terapkan di Jawa Tengah adalah casual birokrasi. Semua bisa mengakses, semua bisa menyumbang pemikiran dan apapun untuk kemajuan daerah. Kalau daerahmu mau maju, ya semua harus mikir, dari masyarakat sampai pemimpinnya,” terangnya. 

Sementara itu, Plt. Kepala Pusat data dan Informasi, Kemendesa PDT dan Transmigrasi RI, Ivanovich Agusta menyampaikan, saat ini posisi desa sangat strategis. Terlebih setelah adanya UU Desa. Banyak pemasukan desa yang akhirnya memicu naiknya pendapatan warganya. 

“Faktor terbesar desa maju karena kepala desa atau perangkat desa memiliki jaringan sosial yang tinggi. Sehingga peraturan yang banyaknya ada 28 peraturan kementerian, tidak begitu berlaku di desa yang maju dan kreatif. Sekarang kepala desa usianya semakin muda, rata-rata 43 tahun. Juga tingkat pendidikan kepala desa terus membaik,” tandasnya.(p/ab)