Bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, KSP Perangi Hoaks

By Admin


nusakini.com - Jakarta – Perwakilan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dari berbagai kota diterima Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden di ruang rapat utama Bina Graha, Selasa, (10/4/2018).

Mafindo merupakan organisasi yang berawal dari sebuah komunitas anti hoaks di facebook, dengan pengikut mencapai 50 ribu warganet. Komunitas ini berhasil menarik perhatian masyarakat mengenai kebenaran dari sebuah berita, membicarakan rumor berita palsu dan mengklarifikasinya. Mafindo resmi berdiri pada 19 November 2016 dengan tujuan membasmi hoaks yang kian merajela serta memberikan pendidikan literasi pada seluruh lapisan masyarakat.

“Menyebarnya wabah hoaks pada masa Pemilihan Presiden 2014 membuat kami sadar betapa berbahayanya berita palsu di negeri ini,” kata salah seorang pendiri Mafindo, Harry Sufehmi.

Ia menegaskan, Mafindo, yang terdiri dari para ‘hoax busters’, ingin menjadi payung bagi para aktivis pembasmi berita palsu untuk memberikan info kebenaran berita-berita yang beredar luas di publik. “Kami melakukan pengecekan dengan beberapa metode, yaitu crosschecking dan verifikasi. Semua ini dilakukan secara terbuka dan transparan, sehingga masyarakat dapat melihat bahwa kami adalah sebuah platform yang netral,” papar Harry.

Mafinfo telah menggelar berbagai literasi dan talkshow bedah hoaks di beberapa sekolah. “Kami berharap dapat terus masuk ke berbagai kalangan masyarakat melalui edukasi mengenai hoaks,” kata salah seorang relawan Mafindo, Budi Susanti.

Memiliki fungsi utama dalam memastikan terjalinnya komunikasi yang lancar di antara berbagai pemangku kepentingan terkait dan masyarakat, Kedeputian IV Kantor Staf Presiden mengapresiasi langkah dan inisiatf Mafindo.

“Kami sepakat bahwa pemberantasan hoaks adalah isu penting, untuk itu diperlukan koordinasi yang baik dan usaha lebih keras dari semua pihak,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Wandy Tuturoong.

Ditegaskan, kita tidak akan bisa menjadi bangsa yang maju jika energi kita habis hanya untuk mengklarifikasi hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu. “Banyak hal produktif lain yang harus dikerjakan dalam membangun negeri, dan tak hanya mengurus hoaks yang terus mengalir tiada henti,” tuturnya. (p/ma)