Baran : ‘ABCG’, Kunci Keberhasilan Revolusi Ekonomi

By Admin


nusakini.com - Atmosfer Festifal Kopi Nusantara (FKN) 2017 yang diselenggarakan di Bondowoso berakhir pada tanggal 28 Agustus lalu. Namun atmosfer-nya hingga Jumat, 10 Nopember 2017 masih terasa. Semangat itulah yang menggerakkan Universitas Jember (Unej) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) kembali membuat even serupa yaitu Festival Klunching di Dusun Kluncing Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin, salah satu agenda dalam rangkaian HUT Unej yang ke-53. Acara untuk mempertemukan petani kopi, penikmat hingga para pengusaha kopi sambil menikmati segarnya pegunungan Ijen.

Ketua LPPM Unej Achmad Subagio mengatakan bahwa salah satu bentuk kehadiran dari sebuah universitas adalah ilmu dan pengetahuan yang dikembangkan harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Menurutnya, di masa yang akan datang, Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai salah satu bentuk keterlibatan kampus dalam masayarakat akan diarahkan lebih menjurus kepada bagaimana mentransformasi prilaku masyarakat.

“Artinya masyarakat yang belum produktif kita tingkatkan lebih produktif, yang sudah produktif kita tingkatkan lebih baik lagi. Karena itulah maka pada program-program KKN, akan diintegrasikan dengan program pendampingan”, ungkap dosen penemu modified cassava flour (mocaf) .

Lebih lanjut, Dosen Berprestasi Nasional Tahun 2012 ini menjelaskan bahwa dalam kontkes Bondwoso, ada tiga potensi besar yang harus dikerjakan. Pertama kopi, singkong dan kawasan Ijen. Unej berpandangan bahwa ketiga potensi tersebut harus diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Oleh Karena itu kita tidak boleh bergerak sendiri-sendiri. 

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Tenaga Ahli Menteri Pertanian Baran Wirawan dalam sambutannya. Baran mengatakan bahwa pekerjaan besar untuk mensejahterakan masyarakat termasuk petani mustahil diwujudkan dengan bekerja sendirian. 

“Saya kira prinsip Academic, Business, Community & Government (ABCG) harus menjadi basis dalam pengelolaan sebuah kawasan ekonomi yang terintegrasi. Para akademisi yang diwakili oleh Unej mendeminasikan hasi risetnya, pelaku bisnis, Sustainable Management Group (SMG) sebagai pengelola kawasan Ijen merumuskan strategi pengembangan tentu dengan tidak menanggalkan kearifan budaya lokal, komunitas petani kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani diperkuat kelembagaan melalui pendampingan oleh LPPM, kemudian Local Government dalam hal ini Pemerintah Bondowoso mendukung melalui program-program yang pro rakyat termasuk Kementerian Pertanian”, ungkapnya.

Jika prinsip tersebut konsekuen dilakukan, oleh semua pihak, masih menurutnya, harapan Indonesia menjadi negara tiga besar produsen kopi akan terwujud dalam waktu yang tidak lama. 

Sementara itu, sebelumnya, bertempat di Gedung Sutardjo, Direktur Inovasi dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Santoso Wibowo memberikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian terlebih kepada Unej yang serius dalam pengembangan kopi. “Kami berharap Unej bisa membuat cluster produk perkebunan kopi. Yakni integritas riset mulai hulu hingga hilir”. (pr/eg)