Banyak Kesempatan bagi Pelaku Usaha Inggris Untuk Berbisnis di Indonesia

By Abdi Satria


nusakini.com-London- “Saat ini merupakan momen yang sangat tepat untuk memberikan proyeksi kebijakan Indonesia 5 tahun ke depan bagi para pelaku bisnis di Inggris", demikian disampaikan Dr. Rizal Sukma, Duta Besar RI dalam sambutan pembukaan menyampaikan “Indonesia Briefing tahun 2019.

Event briefing tahunan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Inggris dan Irlandia kepada pelaku usaha di Inggris, yang dilakukan berkolaborasi bersama Bank Indonesia dan UK ASEAN Business Council dilaksanakan di tengah-tengah fenomena keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan pasca terbentuknya kabinet Indonesia Maju.

Kehadiran para narasumber dalam Indonesia Briefing 2019, diharapkan pemangku kepentingan di Inggris dapat memperoleh gambaran secara utuh proyeksi kebijakan 5 tahun ke depan. “Kehadiran Dr. Aida Budiman, Mohammad Lutfi, dan Dr. Ninasapti Triaswati tidak hanya akan memberikan gambaran komprehensif positif atas capaian pemerintah, namun juga pandangan kritis atas progress perkembangan dan langkah pemerintah saat ini guna memperbaiki berbagai tantangan yang masih dihadapi pemerintah dewasa ini", demikian disampaikan Duta Besar RI. 

Melanjutkan sambutan Duta Besar RI, Dr. Aida Budiman, Direktur Eksekutif Bank Indonesia dalam menyoroti 3 isu utama, yakni stabilitas dan ketahanan ekonomi Indonesia, peran bank sentral melalui bauran kebijakan bank sentral untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung stabilitas sistem keuangan, dan prioritas ke depan Indonesia melalui ekspor, upaya menarik investasi dan peningkatan peran digital ekonomi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Perekonomian Indonesia masih stabil di tengah pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi masih diprediksi di kisaran 5% dengan tingkat inflasi masih dapat dipertahankan di kisaran 3.5%±1%, lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan lainnya", tandas Aida Budiman.

Bank Indonesia, bersama pemangku kepentingan lainnya bekerja bersama untuk mendukung 5 prioritas cabinet Jokowi di sektor human capital development, pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, simplifikasi regulasi yang menghambat investasi, dan transformasi ekonomi.

“Sinergi ini dilakukan antara lain melalui koordinasi rutin untuk membahas situasi fiskal dan moneter, koordinasi untuk mengelola current account deficit melalui pengembangan manufaktur, pariwisata,dan industri maritim, melalui bauran inovasi dalam pembiayaan pembangunan, dan pengembangan kebijakan di sektor digital ekonomi dan sektor finansial, lanjut Aida Budiman. Diharapkan melalui bauran kebijakan termasuk inovasi dalam pembiayaan pembangunan, dan pengembangan kebijakan di sektor ekonomi dan keuangan digital guna mendukung 5 prioritas pemerintah tersebut, Indonesia akan memenuhi ambisinya sebagai high income country, “ lanjut Aida Budiman. 

Briefing yang dihadiri tidak kurang dari 100 pelaku usaha di Inggris tersebut, menghadirkan Muhammad Lutfi, mantan Kepala BKPM dan Menteri Perdagangan dan Duta Besar RI untuk Jepang serta Dr. Ninasapti Triaswati, ekonom senior yang juga adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dalam sesi, yang dimoderatori oleh Pooma Kimis, Direktur lembaga think tank keuangan Autonomous Research, Dr. Ninasapti menyoroti adanya beberapa permasalahan domestik yang perlu diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini guna mencapai target pertumbuhan Indonesia di kisaran 5%, ditengah global trade war saat ini.

“5 prioritas pemerintah Indonesia di sektor sumberdaya manusia, infrastruktur, reformasi regulasi, reformasi birokrasi guna meningkatkan pelayanan publik, dan transformasi ekonomi ke arah industrialisasi merupakan refleksi pemerintah untuk memperbaiki dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini,“ tandas Ninasapti, yang sehari-harinya juga menjadi dosen di beberapa universitas di Indonesia.

Ekonom senior ini meyakinkan para pelaku bisnis di Inggris bahwa meskipun perlu waktu untuk memperbaiki beberapa aspek dalam pengelolaan pembangunan di Indonesia saat ini, Indonesia saat ini “in the right direction" dan potensial bagi para pelaku bisnis dunia saat ini. 

Kembali menegaskan perkembangan pembangunan ekonomi di Indonesia, Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara yang telah melalui transformasi ekonomi besar-besaran. “Indonesia tumbuh sebesar 1000% semenjak 1998", tandas Muhammad Lutfi.

Namun demikian, hal ini tidak dicapai dengan mudah dan ke depan Indonesia masih memiliki beragam tantangan untuk mencapai ambisinya, seperti strategi memanfaatkan bonus demografi agar tidak terjebak dalam fenomena middle income trap. “Presiden telah mencanangkan bahwa Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2045", jelas Muhammad Lutfi.

Dan hal ini berarti perlu dilakukan reformasi besar guna mendorong investasi dan industrialisasi menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia. Muhammad Lutfi, dalam menanggapi transformasi ekonomi Indonesia, mencontohkan pergeseran perekonomian Indonesia melalui tumbuhnya industri ekonomi digital, yang telah menimbulkan efek domino bagi pertumbuhan sektor-sektor industri lainnya di Indonesia.

Dalam konteks ini, Muhamad Lutfi mengundang pelaku usaha di Inggris untuk berbisnis di Indonesia. “Cerita mengenai Indonesia adalah seperti perumpamaan “getting rich before the country gets old", berbisnis dengan Indonesia sekarang sebelum Indonesia akan dipenuhi oleh pemain-pemain lainnya. Disadari bahwa tidak mudah berbisnis di Indonesia, namun nothing is impossible in Indonesia, demikian pungkas Muhammad Lutfi. 

Diskusi dengan para pelaku bisnis tidak hanya fokus pada isu komitmen pemerintah di 5 sektor prioritas pemerintah Indonesia, namun juga bagaimana komitmen Pemerintah Indonesia di isu climate change, pendanaan riset dan inovasi bagi para ilmuwan Indonesia dan bagaimana Indonesia dapat menjadi bagian dari supply chain global. (p/ab)