Asian Games dan Pilkada Serentak Picu Pertumbuhan Ekonomi DKI

By Admin

nusakini.com--Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan ekonomi DKI Jakarta pada 2018 berpotensi tumbuh di atas 6 persen, jika empat indikator pendorongnya bisa dimanfaatkan dengan baik dan tidak seperti beberapa tahun terakhir dengan pertumbuhan yang relatif rendah. 

Dia menyebutkan, salah satu faktor penentu adalah perhelatan Asian Games 2018, di mana DKI Jakarta sebagai salah satu tuan rumah selain Palembang. 

"Asian Games 2018 sangat besar menggenjot pertumbuhan ekonomi Jakarta," kata Sarman belum lama ini.

Sarman menjelaskan, Asian Games 2018 akan menghadirkan perwakilan 45 negara yang berpartisipasi pada ajang tersebut. 

Peserta event olahraga akbar itu mencapai sekitar 10.000 atlet dan ofisial, 5.000 wartawan, 2.500 keluarga Dewan Olimpiade Asia (OCA), 5.500 anggota delegasi teknis, 20.000 sukarelawan, 200.000 supporter dan turis, serta sekitar 3 juta penonton menyaksikan 40 cabang olahraga yang dipertandingkan. 

“Selama 15 hari penyelenggraan Asian Games itu sektor hotel, kafe, kuliner, pusat hiburan, pusat perbelanjaan dan mal, pusat wisata, serta transportasi akan mengalami peningkatan omzet cukup signifikan,”ujarnya. 

Selain itu, pemasukan dari penjualan suvenir dari kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga akan cukup menjanjikan. 

"Pelaku UKM dan IKM diharapkan dapat memanfatkan momen Asian Games ini untuk bangkit dan menaikkan omzetnya," tutur Sarman. 

Faktor lainnya adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 2018 yang merupakan Pilkada terbesar dari tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan di 171 daerah yaitu 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. 

Meski pelaksanaan Pilkada itu semua di luar Jakarta, banyak barang kebutuhan dan atribut kampanye seperti pin, kaos, topi, baliho, spanduk, banner, brosur, serta belanja iklan yang dibeli atau dipesan di Jakarta. 

“Jika setiap pasangan calon membelanjakan atribut kampanye sebesar Rp500 juta-Rp600 juta, maka diperkirakan biaya belanja kampanye akan mencapai Rp200 miliyar,” ungkapnya. 

Faktor berikutnya adalah penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang lebih baik di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Pihaknya berharap, Anies dan Sandi bisa mendorong penyerapan anggaran secara merata sepanjang 2018 agar dapat menstimulus pertumbuhan di sektor lainnya. 

Penyerapan APBD DKI Jakarta 2018 diharapkan bisa tepat waktu, tidak seperti tahun tahun sebelumnya yang penyerapan anggaran mulai tinggi ketika telah memasuki Agustus ke bulan-bulan berikutnya. 

“Akibatnya belanja APBD pada Januari-Juli sangat minim, sehingga tidak mampu menggenjot sektor lainnya. Padahal belanja pemerintah merupakan stimulan untuk mendongkrak pertumbuhan sektor lainnya,” ujarnya. 

Sarman mencatat, tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2013 di Jakarta masih 6,11 persen. Memasuki tahun 2014 turun menjadi 5,95 persen, lalu tahun 2015 sebesar 5,88 persen. Bahkan tahun 2016 merosot menjadi 5,88 persen dan tahun 2017 diperkirakan sekitar 5,9 persen, tidak mampu menembus 6 persen. 

Dia menjelaskan, jika APBD DKI Jakarta 2018 sebesar Rp 77 triliun dibagi 12 bulan, belanja dan penyerapan yang beredar dan berputar sekitar Rp 6,4 triliun, cukup signifikan untuk mendongkrak pertumbuhan sektor yang lain. 

Sementara itu, pihaknya juga berharap agar pemerintah dapat menerbitkan kebijakan yang probisnis dan produnia usaha diantarnya dengan merevisi kebijakan dan regulasi yang dinilai menghambat dunia usaha. 

Dia menuturkan, dunia usaha merupakan potensi besar yang harus terus digerakkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja dapat bersaing dan beraktivitas secara leluasa dan profesional. 

“Peran, fungsi dan pelayanan perizinan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) juga perlu semakin ditingkatkan,” pungkas Sarman.(p/ab)