nusakini.com--“Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri melawan terorisme. Kita perlu meningkatkan kerja sama dan menerapkan strategi yang komprehensif dalam melawan terorisme dan kampanye penyebaran ketakutan mereka," demikian tegas Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN Kemenlu Benny YP Siahaan mewakili Ketua Senior Officials' Meeting Indonesia pada Pertemuan Ke-15 ASEAN-Russia Senior Officials' Meeting (ARSOM).

Pada pertemuan ini, negara anggota ASEAN dan Rusia menyampaikan bela sungkawa kepada Indonesia atas aksi terorisme yang baru terjadi di beberapa kota di Indonesia. Aksi teror tersebut menjadi pertanda bahwa ancaman terorisme di kawasan masih sangat nyata, serius, dan penanggulangannya memerlukan kerja sama intensif antarnegara termasuk ASEAN-Rusia. 

“Indonesia sangat menghargai komitmen Rusia dalam kerja sama pemberantasan terorisme dan kejahatan transnasional lainnya melalui berbagai mekanisme kerja sama ASEAN," lanjut Benny. “Baik ASEAN maupun Rusia perlu terus meningkatkan untuk saling berbagi serta mempelajari best-practices dan pengalaman satu sama lain dalam memberantas terorisme." 

Indonesia juga menekankan pentingnya kerja sama pencegahan dan penanggulangan radikalisme dan violent extremism melalui pendekatan lunak. Peningkatan kehadiran suara moderat di media sosial, dialog atau kegiatan dengan kelompok pemuda, perempuan, dan masyarakat secara umum perlu ditingkatkan oleh Pemerintah untuk mencegah tumbuhnya paham radikal di masyarakat dan membangun kewaspadaan masyarakat atas ancaman teror. 

Selain menyoroti kerja sama pemberantasan terorisme dan kejahatan transnasional lainnya, pertemuan juga membahas berbagai isu terkait kemitraan ASEAN-Rusia seperti perdagangan dan investasi, energi, konektivitas transportasi, pertanian, penanggulangan bencana, pendidikan dan pertukaran budaya serta membahas perkembangan kerja sama politik dan keamanan ASEAN-Rusia di kawasan termasuk perkembangan konsep Indo-Pasifik. 

Posisi Asia Tenggara yang berada di poros Indo-Pasifik akan menjadi jembatan penghubung antar inisiatif negara-negara besar sehingga kawasan Indo-Pasifik tidak menjadi arena persaingan yang merugikan. Untuk itu, ASEAN dan Rusia perlu meningkatkan sinergi dalam kerja sama Indo-Pasifik yang inklusif, terbuka, transparan, dan menghormati hukum internasional untuk menjaga perdamaian dan meningkatkan kemakmuran melalui mekanisme yang dipimpin ASEAN (ASEAN led-mechanisms). ​ 

Dalam tanggapannya, Rusia sebagai salah satu Mitra Wicara ASEAN menyatakan dukungan penuhnya terhadap sentralitas ASEAN di kawasan dan berharap agar pengembangan konsep kerja sama Indo-Pasifik dapat juga menampung masukannya. 

Dalam pembahasan ekonomi, Pertemuan mencatat bahwa nilai perdagangan, investasi, dan pariwisata kedua belah pihak perlu ditingkatkan. Nilai perdagangan ASEAN-Russia pada tahun 2016 hanya tercatat sekitar 12 miliar dolar AS atau 0,5%, dari total perdagangan ASEAN. Ini mencerminkan potensi perdagangan kedua belah pihak yang perlu ditingkatkan.  

Pada kesempatan ini, Indonesia juga menyampaikan kesiapannya untuk menjadi country coordinator kerja sama ASEAN-Rusia selama tiga tahun ke depan sampai dengan 2021. Serah terima posisi dimaksud dari Laos ke Indonesia akan dilakukan pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-Rusia yang akan diselenggarakan Agustus 2018 di Singapura. Indonesia berkomitmen mendorong peningkatan kerja sama konkret antara ASEAN dan Rusia selama masa koordinasinya.   

Pertemuan Ke-15 ARSOM merupakan pertemuan tahunan yang menjadi mekanisme dialog tingkat pejabat tinggi ASEAN dengan Rusia. Kerja sama ASEAN dan Rusia telah dimulai sejak tahun 1992 dan Rusia menjadi Mitra Wicara ASEAN pada 1996. Pada KTT Peringatan 20 Tahun Kerja Sama ASEAN-Rusia di Sochi tahun 2016, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya menuju kemitraan strategis ASEAN-Rusia.(p/ab)