Angka Wafat Terus Bertambah, Jemaah Diimbau Jaga Pola Makan dan Istirahat

By Admin

nusakini.com-- Grafik angka jemaah haji Indonesia yang wafat pasca fase Arafah , Muzdalifah, dan Mina (Armina) pada musim haji ini cenderung bergerak naik. Tercatat tiga hari pasca Armina atau terhitung 16 September 2016, total 40 jemaah haji Indonesia wafat: 14 pada hari pertama, 16 pada hari kedua, dan 10 pada hari ketiga. 

Penjelasan ini disampaikan oleh Penghubung Kesehatan Daker Makkah dr. Ramon Andreas di kantor Daker Makkah, Syisyah, Senin (19/09). "Pertama karena kecapean dan tidak mau makan. Saat ini sudah mulai banyak jemaah yang wafat di pemondokan. Jangankan jemaah, petugaspun sudah mulai tidak mau makan," jelas dr. Ramon saat diminta analisisnya terkait sebab meningkatnya angka kematian jemaah. 

Dari empat puluh jemaah yang wafat pasca Armina, 15 jemaah haji wafat di pemondokan, 13 di RS Arab Saudi, 9 di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Klinik Sektor, 2 di perjalanan, dan 1 jemaah wafat di Masjid. 

"Apalagi orang-orang yang sudah tua. Sebagian besar yang wafat memang yang berisiko tinggi. Ada satu orang yang wafat umur 37 tahun, kelihatannya ada diabetes dan gangguan jantung," tambahnya. 

Ramon juga mensinyalir faktor psikologis berupa rasa ingin pulang ikut mempengaruhi kejiwaan jemaah, di tengah rasa lelah dan selera makan yang menurun. Padahal, lanjut Ramon, makan dan istirahat adalah sebuah keharusan, terlebih setelah jemaah menjalani prosesi Armina yang sangat melelahkan dan menguras tenaga, serta kondisi alam berdebu. 

"Saya bilang dari awal bahwa makan itu pakai otak. Saya harus makan. Kalau tidak makan tentu akan semakin lemas. Dengan makan, kalau sakit, paling tidak (terpenuhi kebutuhan fisiknya)," tutur dr. Ramon. 

Selain makan cukup, jemaah juga diimbau cukup istirahat. Semua aktivitas, lanjut Ramon, harus diukur berdasarkan kemampuan fisik dan hal itu yang paling tahu adalah jemaah itu sendiri. Kalau ada jemaah yang terjatud di masjid lalu sakit dan bahkan meninggal, bisa jadi karena yang bersangkutan awalnya terlalu memaksakan diri dengan kondisi fisiknya untuk beraktivitas padahal sebenarnya sudah kelelahan. "Mensiasiatinya dengan istirahat. Tahu diri dengan kemampuan kita," ujarnya. 

Begitu mulai terasa tidak enak, segera berobat," tambahnya. Namun, kata Ramon, faktor yang berperan dalam proses penyembuhan banyak, tidak semata obat. Obat sebagus apapun kalau makannya tidak bagus juga tidak akan mempercepat penyembuhan. Demikian halnya, obat sebagus apapun kalau tidak istirahat juga tidak akan sembuh.(p/ab)