Adu Fakta Ilmiah, RI Promosikan Kebaikan Kelapa Sawit di Swiss

By Admin

nusakini.com-- Di tengah hambatan perdagangan non-tarif, diskriminasi, dan kampanye hitam terhadap kelapa sawit, delegasi gabungan Indonesia gencar mempromosikan kelapa sawit kepada kalangan bisnis di Swiss. Promosi digelar dalam bentuk Indonesia Business Forum "Sustainable Palm Oil in Global Market" di Gedung Zunfthaus zur Meisen, Zurich pekan lalu.

Difasilitasi oleh KBRI Bern-Swiss, delegasi terdiri dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). 

Delegasi mempromosikan kebaikan kelapa sawit dan melawan kampanye hitam dengan fakta ilmiah di hadapan sekitar 50 (lima puluh) wakil perusahaan terkemuka anggota Swiss Asian Chamber of Commerce (SACC), seperti Migros-Genossenschafts-Bund, Syngenta Crop Protection AG, Nutriswiss AG, dan Association of Swiss Chocolate Manufacturers. 

"Kelapa sawit adalah berkah Tuhan bagi negara-negara tropis, karena hanya tumbuh di sekitar 10 derajat utara atau selatan khatulistiwa," ujar Executive Director Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Mahendra Siregar membuka presentasinya. 

"Tidak heran Indonesia menguasai sekitar 55 persen produksi sawit dunia atau jauh meninggalkan Malaysia yang hanya 29 persen," imbuhnya. 

Sawit menghasilkan 4-10 kali lebih banyak minyak per hektar dibandingkan dengan komoditas vegetables oil lainnya, seperti minyak rapeseed dan minyak bunga matahari yang merupakan komoditas khas Eropa. Di banyak negara Eropa, sawit mendapatkan tantangan kampanye hitam dan penolakan dari beberapa organisasi dengan alasan bermacam-ragam, dari mulai deforestasi, ekosistem, hingga korupsi dan pelanggaran HAM.  

Dirjen Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, yang juga menjadi pembicara pada Indonesia Business Forum di Zurich mengatakan, "Untuk meningkatkan daya saing dan menjawab tantangan perdagangan internasional, Pemerintah Indonesia telah mewajibkan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sejak 2011 dengan melibatkan perwakilan dari pemerintah, LSM, akademisi, dan kalangan bisnis." (p/ab)