2300 ekor Sapi Perah Siap Didistribusikan BBPTU-HPT

By Admin

Foto: Kemetan 

nusakini.com - Purwokerto - Sejak subuh Dirun (35) sudah sibuk. Membersihkan kandang sapi, mengembalakan sapi, dan menjaga kebersihkan lingkungan sudah menjadi aktivitas rutinnya setiap hari sejak lima tahun lalu. Maklum, kandang berisi 40 ekor sapi peninggalan Belanda itu kini menjadi tanggung jawabnya. Meski bukan miliknya, namun Dirun sangat paham ketulusan penting dalam berternak. Sepenuh hati ia menjalankan tugas itu.

Dirun tidak sendirian, pria yang tinggal tak jauh dari tempatnya bekerja itu merupakan bagian penting dari tugas besar yang diemban oleh Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, di Purwokerto. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian, tugas pokoknya adalah memproduksi bibit ternak dan hijauan pakan ternak, serta pemasaran produk-produk sampingan. 

Sejak diresmikan tahun 1953 oleh Muhammad Hatta sebagai pusat embrio, UPT ini awalnya berbentuk Taman Ternak lalu berkembang UPT satu-satunya yang berfokus pada Sapi Perah. Selain sapi, sejak dua tahun belakangan, BBPTU-HPT juga mendapat tugas pengembangan kambing perah, seperti jenis Peranakan Etawa (PE) dan jenis Saanen yang diimpor dari Australia. Masa depan peternakan Indonesia tengah bertransformasi di sini.

Kini Balai yang berlokasi di lereng selatan Gunung Slamet itu menampung 1.491 sapi, serta 386 kambing. Susu sapi yang dihasilkan rata-rata mencapai 15 liter/ekor/hari, bahkan tertinggi bisa mencapai 35 liter/ekor/Hari sementara susu kambing yang dihasilkan mencapai 2 hingga 4 liter/ekor/hari. Pengolahan susu sudah diinisiasi oleh pihak balai dan memperoleh sertifikat dari Badan POM.

"Dengan populasi tersebut Balai ini bisa memproduksi bibit ternak, kurang lebih 500 ekor dalam satu tahun. Bibit Ternak itu kemudian kita distribusi kepada masyarakat baik melalui penjualan maupun hibah sebagaimana instruksi Bapak Menteri Pertanian," kata Sujatmiko, S.Pt. Kepala Bagian Umum BBPTU-HPT saat ditemui di kantornya Jumat (16/03/2018) lalu.

Di wilayah dengan luas mencapai 241 hektare, Balai tersebut dibagi dalam empat area (farm), yaitu: Limpakuwus, Tegalsari, Manggala, dan Munggangsari. "Tahun 2018 ini, Farm Manngala akan dibuka sebagai unit yang fokus pada pembibitan dari indukan sapi jenis Brahman Cross," ujar pria yang akrab disapa Jatmiko itu.

Tahun yang Sibuk

Tahun 2018 tampaknya akan menjadi tahun yang sibuk bagi BBPTU-HPT, sebab selain tugas on farm, BBPTU-HPT juga punya tugas membina wilayah sebayak 40 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Prioritas dan fokus sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan program. 

Sejak Januari lalu, di Farm Limpakuwus sudah Ada kerjasama dengan BET Cipelang melakukan aplikasi Transfer Embrio (TE) sapi jenis Belgian Blue terhadap resipien yang ada di sana. Menurut catatan, Balai sudah menanam Belgian Blue sebanyak 63 embrio. Dan dari pemeriksaan kebuntingan, keberhasilannya mencapai hampir 40 persen. "Kita tinggal mengunggu hingga 9 bulan ke depan (Oktober atau November), sudah ada yg lahir," ungkap Jatmiko.

Selain itu, program andalan Kementerian Pertanian yg sudah berjalan dua tahun lalu yakni Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) juga dijalankan oleh Balai. Setelah tahun lalu berfokus di Sumatera Utara, kini SIWAB menatap DIY. Tugas lain yang juga penting adalah penyiapan indukan 2.300 ekor sapi untuk didiatribusikan ke masyarakat terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY dan Kalimantan Barat.

Di Bidang pakan ternak, BBPTU-HPT juga menginisiasi bank pakan. "Jadi setiap Kabupaten kita bina dengan satu percontohan berupa teknologi pengembangan atau pengolahan bahan pakan dari limbah pertanian menjadi bahan pakan yang layak untuk ternak. Sudah Ada 5 kabupaten yang sudah kita rintis. Ada respon positif dari masyarakat, mereka sudah mulai mandiri," tambah Jatmiko.

Masih ada tugas rutin untuk pembinaan. Setiap hari ada saja pelajar dan masyarakat umum yang berkunjung ke Balai, baik untuk keperluan studi, menerima pelayanan bidang Teknis, membeli bibit atau indukan maupun sekedar berwisata. Kelembaban udara dan curah hujan yang cukup membuat Balai ini sangat subur, cocok untuk peternakan, dan tentu saja nyaman untuk dikunjungi. Sejauh mata memandang, hijauan pakan ternak seperti indigofera dan rumput odot menggiring kita ke peternakan masuk. (p/ma)